REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Harga minyak dunia pada awal pekan ini menembus rekor terendah dalam enam tahun terakhir, 43 dolar AS per barel. Bahkan beberapa analis mulai memperhitungkan potensi harga minyak dunia kembali ke posisi 30 dolar AS.
Meski demikian, dinamika harga minyak ini dinilai normal oleh pemerintah. Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi Wiratmaja Puja menjelaskan, fluktuasi harga minyak dunia terus dipantau dan untuk beberapa pekan terakhir dinilai stabil.
"Ah enggak kok, dalam seminggu ini harga relatif stabil. Kadang naik, terus turun sedikit kemudian balik lagi. Ya stabil lah ," jelas Wiratmaja, Rabu (18/3).
Melihat kondisi ini, Wiratmaja mengatakan bahwa pemerintah harus menghitung kembali harga BBM yang akan diterapkan pada bulan depan. "Tapi dolarnya yang naik. Nah, itu dia yang harus kami rekalkulasi lagi. Revisi akan dilakukan pada akhir bulan," ujar Wiratmaja.
Dia pun menambahkan bahwa selama Maret, faktor harga minyak dunia kurang begitu dominan karena harganya relatif stabil. Yang paling banyak terlihat adalah depresiasi rupiah. "Kalau yang saat ini, selama bulan Maret ini, penurunan rupiah lebih berperan karena harga (minyak dunia) dari Maret itu fluktuasinya tidak begitu menanjak," kata dia.
Meskipun ada kemungkinan kenaikan harga BBM terbuka, pemerintah pun menginginkan tidak ada kenaikan harga BBM. "Ya, kami, sih, inginnya harga tidak naik. Tapi, kadang minyak dunia turun 0,5-1 dolar AS (per barel)," kata dia.