REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Lembaga kemanusian Aksi Cepat Tanggap (ACT) menerima kedatangan lembaga Ground Zero dari Malaysia. Secara khusus Ground Zero menyatakan keinginannya untuk belajar manajemen kepada ACT.
Ground Zero mengaku tartarik meminta ilmu dengan ACT pasca aksi kolaborasi ACT dan Groud Zero menangani bencana banjir di Kelantan, Malaysia, akhir 2014 lalu. Salah satu perwakilan Ground Zero, Ahmad Khairunorsidin bin Ahmad, mengaku terpikat dengan cara kerja relawan Indonesia ini. "Selama banjir, ACT sahabat kami yang paling dekat," katanya.
Niatan ini pun disambut baik oleh ACT. Tim ACT membagikan teori dan pengalaman mereka selama menangani bencana.
Direktur Global Partnershio Network ACT, N. Imam Akbari, mengatakan kedatangan mereka menunjukkan hubungan kemanusian tidak dibatasi oleh sekat geografis dan nasionalisme sekalipun. "Di ranah civil society, hubungan Indonesia dan Malaysia sangat harmonis. Selain itu, kedatangan tamu dari Malaysia itu mengindikasikan adanya potensi Indonesia menjadi kiblat pengembangan disaster management dan civil society masa depan, baik lingkungan regional maupun global," kata Imam.
Sebelumnya kerja sama Indonesia dan Malaysia, dimulai ACT dengan mendatangi kantor lembaga kemanusiaan Malaysia, Malaysian Relief Agency (MRA). Kedatangan ini guna mengenalkan dan menawarkan kerja sama program pengembangan komunitas untuk kawasan timur Indonesia.
"Kami membuka diskusi juga tentang pendekatan MRA terhadap isu Rohingya, Myanmar," tambahnya.
Terkait hal ini kedua lembaga kemanusiaan ini membahas kemungkinan pencanangan kolabarasi NGO ASEAN khusus untuk Rohingya. Karena negara-negara di Asia Tenggara ini yang paling berkepentingan atas masalah Rohingya, sebagai tetangga terdekat.