REPUBLIKA.CO.ID, TUNISIA -- Sebuah serangan teroris di Tunisia menewaskan 22 orang. 17 diantaranya adalah turis asing yang sedang berkunjung.
Seperti dilansir dari Dailymail, Kamis (19/3), kejadian tersebut terjadi di sebuah museum di Tunisia. Dua pelaku menyandera 30 pengunjung didalamnya. Setelah polisi mengepung gedung, terjadilah baku tembak.
Dalam insiden tersebut seorang polisi, petugas keamanan museum serta petugas kebersihan juga tewas di tempat kejadian. Pelaku pun tewas setelah digempur aparat kepolisian. Saat ini kepolisian masih terus memburu dan menyelidiki kasus tersebut. Belum ada keterangan latar belakang pelaku dan jaringannya.
Perdana Menteri Tunisia, Habib Essid memperingatkan mungkin ada orang lain yang juga terlibat selain dua pelaku tersebut. "Ada kemungkinan, namun belum diketahui secara pasti, bahwa mereka bisa saja hanya membantu. Kami sedang melakukan operasi pencarian luas untuk mengidentifikasi dua atau tiga teroris yang mungkin berpartisipasi dalam operasi itu," kata Essid.
Berbagai ungkapan duka mengalir dari pejabat-pejabat dunia. Perdana Menteri Inggris, David Cameron mengaku terkejut dengan kejadian itu dan menjanjikan dukungan penuh Inggris untuk membantu mengungkap kasus tersebut.
Sementara itu Menteri Luar Negeri Amerika, John Kerry juga ikut menyampaikan simpatinya. Ia mengutuk istilah serangan teroris sebagai hal mematikan saat ini. Namun ia juga memuji Tunisia yang begitu cepat merespon untuk mengatasi situasi penyanderaan dan memulihkan ketenangan.