REPUBLIKA.CO.ID,Pendekatan ajaran Islam dalam kesenian wayang juga tampak dari nama-nama tokoh punakawan. Ada yang menyebutkan, Semar berasal dari kata Sammir yang artinya siap sedia.
Namun ada pula yang meyakini bahwa kata Semar berasal dari bahasa Arab Simar yang berarti paku. Maksudnya adalah seseorang harus memiliki iman yang kuat dan kokoh laksana paku yang menancap.
Lalu, ada yang berpendapat, Gareng berasal dari kata Khair yang bermakna kebaikan atau kebagusan. Versi lain meyakini, Nala Gareng diadaptasi dari kata Nala Qariin. Orang Jawa melafalkanya menjadi Nala Gareng. Kata ini berarti memperoleh banyak teman. Seorang Muslim harus pandai mencari banyak teman untuk diajak menuju jalan kebaikan.
Tokoh Petruk, yang berasal dari kata fat-ruuk yang berarti tinggalkan, maksudnya seseorang harus meninggalkan segala sesuatu yang tidak layak disembah kecuali Allah semata. Tokoh Bagong, yang berasal dari kata Baghaa yang berarti berontak. Maksudnya seseorang harus memberontak ketika melihat kedzaliman di hadapannya.
Sedangkan Dalang, yang berperan sebagai sutradara dibalik semua pertunjukan wayang itu berasa dari kata dalla yang artinya menunjukkan.
Dalam hal ini, seorang Dalang adalah orang yang menunjukkan kebenaran kepada para penonton wayang.
Dari penjelasan di atas dapat diketahui bahwa seni dan kebudayaan bukan musuh dari agama. Sunan Kalijaga telah membuktikan itu, dengan keberhasilanya dalam memasukkan unsur ajaran Islam ke dalam tradisi seni dan kebudayaan, sehingga menjadikan sebuah perpaduan yang apik dan harmonis.
Sunan Kalijaga memberi pelajaran kepada kita, bahwa untuk membujuk seseorang tidak harus dengan cara serta merta. Karena jika menyerang pendirian mereka, maka mereka akan menjauh. Maka ikutilah mereka sambil mempengaruhinya.
Sumber: Serat Bayanullah