REPUBLIKA.CO.ID, RAMALLAH-- Pemimpin Palestina menyerukan tekanan internasional terhadap Israel dan dukungan untuk gerakan sepihak mereka yang akan melenyapkan Palestina setelah Perdana Menteri Benjamin Netanyahu menang pemilu.
Kemenangan mengejutkan Netanyahu, setelah berjanji pada hari-hari terakhir kampanye yang akan melenyapkan negara Palestina selama ia berkuasa. Pernyataan politik ini semakin mengubur prospek perdamaian antara Palestina Israel.
"Jelas Israel telah memilih untuk mengubur proses perdamaian, melawan opsi dua negara yang hidup berdampingan. Juga terus melanjutkan program pendudukan dan pemukiman di Palestina," kata Saeb Erekat, kepala negosiator Palestina, Rabu (18/3) melalui Voice of Palestine Radio.
Erekat menyebutkan ke depan Palestina harus memperkuat perjuangannya dengan cara menarik simpati masayarakat internasional. Dengan cara ini secara tak langsung masyarakat Internasional bisa berpartisipasi untuk turut serta menekan Israel.
"Caranya bisa ditempuh melalui Pengadilan Kriminal Internasional dan melalui semua cara-cara damai lainnya." Ujar dia.
Di kota Ramallah, Tepi Barat, sopir taksi Zeyad Maaly mengatakan Palestina sekarang harus bangkit melawan Israel di wilayah pendudukan. "Tidak akan pernah ada perdamaian, bahkan dalam mimpi," katanya.
Ismail Ahmed, sopir taksi di Gaza yang diperintah Hamas, di mana Israel dan kelompok militan Palestina terlibat perang 50-hari musim panas lalu, mengatakan Palestina sekarang harus mengesampingkan perbedaan mereka dan bergabung dalam sebuah front umum terhadap Israel.
"Persatuan Hamas Fatah akan membuat Israel takut," kata Ahmed.