Kamis 19 Mar 2015 17:15 WIB

Santri Putri Jatim Dilatih Hadapi Wacana ISIS

Rep: Andi Nurroni/ Red: Ilham
 Sejumlah Santri (ilustrasi)
Sejumlah Santri (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, KEDIRI -- Forum Musyawarah Pondok Pesantren Puteri (FMP3) se-Jawa Timur menggelar forum ‘Bahstul Masail’ ke-19, Rabu (18/3). Bertempat di Pondok Pesantren Libroyo, Kota Kediri, forum membahas berbagai persoalan sosial, politik dan problem teraktual kehidupan umat sehari-hari, termasuk soal wacana Negara Islam di Irak dan Suriah (ISIS).     

Menghadiri kegiatan, Wakil Gubernur Jawa Timur Saifullah Yusuf menekankan, aksi jihad tidak perlu dilakukan dengan berperang di negeri orang.  Menurut dia, membahas masalah-masalah umat dalam forum ilmiah melalui pendekatan agama juga bisa dimaknai sebagai tindakan jihad.

Menurut Saifullah, daripada mengurusi negara lain, lebih baik mengurus negara sendiri. Bila perlu, kata dia, undang negara lain belajar ke Indonesia. Ia beranggapan, Islam Indonesia menjadi sangat relevan bagi kedamaian dunia di saat negara-negara berpenduduk mayoritas Muslim saat ini diguncang peperangan, seperti Afganishtan, Suriah, Libia, Nigeria, Somalia, Irak atau Yaman.

Saifullah bersyukur, kehidupan masyarakat di Indonesia, khususnya Jawa Timur tetap aman, tenteram, dan damai. Hal tersebut tidak terlepas dari peran ulama Indonesia.

“Semua ini harus dijaga, jangan dirusak. Kalau Indonesia tidak stabil, umat tidak dapat melakukan ibadah dengan tenang. Itulah pentingnya peran para ulama di tengah masyarakat,” ujar Saifullah.

Saifullah menyampaikan, sikap mempertahankan tanah air lebih penting, sebelum menegakkan syariat. Karena syariat, kata dia, tidak akan bisa tegak jika umat tiak memiliki tanah air. Ia menggambarkan, para kiai jaman dahulu lebih memilih terlebih dahulu memerdekakan negara sebelum memikirkan syariat.

Forum Bahtsul Masail FMP3, lanjut dia, merupakan forum latihan bagi para santri puteri untuk membahas masalah-masalah di tengah masyarakat. “Melalui forum ini, saya harap dapat menghasilkan bahan kajian yang bermanfaat tidak hanya untuk para santri perempuan, tapi juga masyarakat, dan dapat melahirkan Nyai-Nyai (ustazah) yang hebat,” kata dia.

Sementara itu, Ketua FMP3, Agus Adibussoleh mengatakan, Bahtsul Masail FMP3 yang dibentuk sejak tahun 2003 bertujuan  untuk menjalin silaturahmi antar ponpes puteri se-Jawa Timur untuk menggali dan mengasah kemampuan santri putri. Salah satu isu yang penting didiskusikan, kata dia, adalah soal ISIS.

Melalui agenda tahunan tersebut, kata Agus, santri puteri diharapkan bisa membuat produk-produk hukum syariah. Bahtsul Masail, kata dia, merupakan ruh jihad dari setiap pondok pesantren. “Tujuan utama Jihad adalah dakwah, karena dakwah yang berhasil adalah jika tanpa perang. Karena perang pasti banyak menimbulkan korban, baik harta maupun jiwa,” kata dia.

Forum Bahtsul Masail FMP3 berlangsung dua hari, mulai 18 hingga 19 Maret, dengan peserta pengurus ponpes puteri se-Jawa Timur dan Ponpes Kaliwungu dari Jawa Tengah.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement