REPUBLIKA.CO.ID, SLEMAN -- Ekskavasi Kraton Ratu Boko terus dilanjutkan pada hari raya Nyepi. Hal ini disampaikan oleh Kepala Seksi Perlindungan Pengembangan dan Pemanfaatan BPCB Yogyakarta, Wahyu Astuti, Kamis (19/3).
"Walaupun nanti ada perayaan menjelang nyepi, proses itu akan terus berlanjut. Karena ekskavasi berlangsung di pinggir gapura utama dan tidak akan mengganggu acara nanti," tutur Wahyu.
Hal tersebut dibenarkan oleh Techno Arkeologi Kraton Boko, Sabar. Menurutnya proses penggalian batu tersebut akan berlangsung selama dua bulan setengah. Dari 16 Maret sampai 29 Juni.
Tahap ekskavasi ini dilakukan untuk pemugaran lorong pagar jalan utama dengan etinggi 120 cm. Kedalaman penggalian mencapai 50 cm.
Sabar mengakui ada beberapa bagian pagar yang sudah tidak utuh. Untuk melengkapinya akan digunakan batu putih (batuan tuf), yang direkatkan oleh tanah liat dan air.
Saat ini ada 50-an orang yang ikut bekerja dalam penggalian Kraton Boko. "Ada juga PNS yang ikut bantu dengan suka rela tanpa digaji. Pekerja lepasnya sendiri hanya 38 orang," tutur Sabar.
Semuanya bekerja sejak pukul 08.00 sampai 16.00 WIB. Hingga saat ini tidak ada kendala yang berat dalam proses penggalian. Kecuali jika terjadi hujan, sebab ekskavasi harus dihentikan.
Hingga saat ini galian batu-batu Kraton boko terpampang di jalur utama menuju Gapura paling atas. Dua tenda berterpal biru tampak terpasang dengan rapi. Dibawahnya, para pegawai bekerja mencongkel tanah dengan alat bantu.
Ada juga yang bolak-balik mengangkut tanah dari penggalian ke tempat pembuangan. Adapun batu-batu yang sudah ditemukan, disimpan di sisi selatan jalur utama.
Kegiatan seperti ini cukup unik untuk diperhatikan. Maka itu Wahyu mengungkapkan bahwa ekskavasi Kraton Ratu Boko bisa menjadi daya tarik tersendiri.
"Pemugaran ini nanti justru bisa menjadi salah satu daya tarik. Wisatawan yang mempunyai minat khusus, ingin melihat langsung bagaimana pemasangan batu-batu candi seperti aslinya," katanya.
Ia mengatakan, wisatawan yang mempunyai minat khusus biasanya berasal manca negara, seperti Jepang. Karena di negara mereka tidak mempunyai candi. "Mereka biasanya terheran-heran. Batu-batu candi disatukan kembali seperti aslinya," lanjut Wahyu.
Wahyu mengatakan, jalan masuk ke gapura yang saat ini akan dipugar, bukan dalam bentuk aslinya. Melainkan memakai konblok.
Hingga saat ini masyarakat sekitar belum tahu bahwa jalan masuk ke gapura itu bukan yang aslinya. Dengan adanya ekskavasi seperti ini, Wahyu berharap pengunjung bisa meningkat.
Kraton Ratu Boko terletak di atas kawasan perbukitan Prambanan, di wilayah Desa Bokoharjo dan Sambirejo, Prambanan, Sleman.