REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Perusahaan Umum Badan Urusan Logistik selama Januari-Maret 2015 menyalurkan beras 95.764 ton untuk operasi pasar di seluruh Indonesia sebagai upaya meredam naiknya harga komoditas pangan tersebut.
Direktur Pelayanan Publik Perum Bulog Lely Pelitasari S di Jakarta, Kamis menyatakan dengan kegiatan OP yang digelar Bulog tersebut terlihat harga beras sudah menunjukkan penurunan terlebih lagi saat ini memasuki musim panen raya.
"Oleh karena itu, mulai besuk (Jumat) kegiatan operasi pasar beras akan dihentikan karena harga beras sudah stabil dan mulai masuk panen," katanya disela diskusi perberasan yang digelar Perum Bulog dan Himpunan Alumni Institut Pertanian Bogor.
Sementara itu berdasarkan data Perum Bulog harga beras di Pasar Induk Cipinang Jakarta Timur pada pekan ini sudah menunjukkan penurunan berkisar antara 4-5 persen dibanding pekan lalu.
Untuk beras jenis IR-I pada pekan lalu dijual Rp10.221/kg sedangkan pekan ini menjadi Rp9.788/kg atau turun (4,24 persen), beras IR-II dari Rp9.214/kg menjadi Rp8.763/kg (4,89 persen) dan beras medium atau IR-III pekan ini seharga Rp8.125/kg turun 5,20 persen dibandingkan pekan lalu Rp8.571/kg.
Lely menyatakan, Bulog berkomitmen akan kembali menggelar OP bila harga beras kembali melonjak. Biasanya tingginya harga beras dipicu karena tingginya permintaan beras dan suplai pasokan beras yang kurang.
Menyinggung harga beras yang sempat melonjak dalam tiga bulan terakhir, menurut dia, faktor distribusi beras untuk masyarakat miskin (raskin) menjadi penyebab kenaikan hingga 30 persen beberapa waktu lalu.
"Salah satu pemicu kenaikan harga beras adalah keterlambatan pembagian raskin," katanya.
Dikatakannya, Pemerintah memang tidak menyalurkan raskin pada bulan November dan Desember 2014 sebesar 460.000 ton. sementara penyaluran pada Januari 2015 mengalami keterlambatan.
Dengan kondisi tersebut, tambahnya, ada 700.000 ton kekosongan suplai di pasar dan ditutup atau ditambal hanya dengan operasi pasar (OP) sebesar 75.000 ton di bulan November-Desember dan 139.000 ton di bulan Januari atau jumlahnya 260.000.
"Suplai yang biasa rutin setiap bulan ada 230.000 ton untuk raskin. konsumsi kita per bulan dengan asumsi 139 kg beras/kapita/tahun dikalikan jumlah penduduk maka dibutuhkan 2,6 juta ton beras per bulan. Diisi 230.000 ton untuk program raskin tadi. Share 10 persen terhadap pasar sangat signifikan," katanya.
Menurut dia, tidak adanya penyaluran raskin selama hampir 3 bulan memang cukup berpengaruh signifikan terhadap kenaikan harga beras, apalagi selama ini raskin membantu pasokan di tingkat pasar dan suplai beras kepada masyarakat umum.
"Hal ini jelas menjadi penyebab kenaikan harga beras. Apalagi ketersediaan pasokan beras juga ikut terganggu karena ketiadaan stok akibat mundurnya musim panen.Belum lagi paceklik dan tanam mundur, jadi lengkap sudah (penyebab) harga beras naik," katanya.