REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA -- Ancaman kejahatan terorisme terindikasi menguat di Surabaya. Namun, Wakil Ketua DPRD Surabaya Masduki Toha belum melihat upaya Pemerintah Kota Surabaya merespons menguatnya ancaman kejahatan tersebut.
Masduki menggambarkan, setidaknya ada tiga hal yang mengindikasikan menguatnya ancaman terorisme di Surbaya. Pertama, ditangkapnya dua terduga teroris pada Januari 2014. Kedua, terbitnya saran perjalanan (travel advisory) dari Pemerintah Australia dan Amerika Serikat bagi warga negara mereka yang akan atau sedang di Surabaya.
“Terakhir adalah kasus delapan warga Surabaya yang hilang di Turki. Wali Kota harus lebih bekerja keras,” ujar Masduki kepada Republika, Kamis (19/3).
Lebih jauh Masduki menyampaikan, dari informasi terbatas yang dia peroleh, ada dua titik di Surabaya yang dijadikan tempat pendidikan aksi terorisme. Salah satunya, menurut dia, berada di Surabaya Timur. “Saya mendapatkan informasi ini dari beberapa teman yang pernah mengetahui tentang ini,” ujar politisi Partai Kebangkitan Bangsa itu.
Di tempat tersebut, kata Masduki, orang-orang didoktrin dengan ajaran-ajaran jihad dengan cara berperang. Jaringan tersebut, kata Masduki, memiliki dana yang berlimpah dan banyak menjaring mahasiswa. “Mereka memiliki dana besar, termasuk bisa mengirim (jamaahnya) umrah,” kata dia.
Menurut Masduki, Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini harus bergerak cepat. Kebijakan strategis yang bisa diambil, kata Masduki, adalah dengan menggandeng para ulama untuk mengonter propaganda kelompok-kelomok Islam garis keras yang membahayakan.
Upaya tersebut, menurut Masduki, belum terlihat dilakukan Wali Kota. Di samping itu, kata dia, Pemerintah Kota Surabaya juga harus meningkatkan koordinasi dengan lembaga-lembaga terkait, mulai dari Kepolisian, TNI dan yang lainnya.