REPUBLIKA.CO.ID, KABUL -- Presiden Afghanistan, Ashraf Ghani mengecam keras aksi main hakim sendiri para warga Kabul yang membantai seorang perempuan yang diduga membakar Alquran, Jumat (20/3). Presiden menegaskan telah meminta petugas otoritas, termasuk kepolisian, untuk mengusut tuntas aksi pembakaran terhadap Farkhunda (27 tahun), perempuan keterbelakangan mental yang diduga membakar Alquran.
"Tidak ada seorangpun yang diperbolehkan untuk membuat dirinya menjadi hakindan menggunakan kekerasan untuk menghukum orang lain," ujar Ghani, Sabtu (21/3).
Dilansir kantor berita Afghanistan, polisi telah menangkap sedikitnya sembilan orang sehubungan dengan pembunuhan itu. Namun, foto-foto dan video yang diambil sejumlah saksi di tempat kejadian menunjukkan bahwa ada lebih banyak orang memukuli dan menyerang Farkhunda. Beberapa di antaranya belum ditangkap.
Peneliti senior HAM Afghanistan, Patricia Gossman menuntut polisi yang tengah beroperasi juga harus bertanggung jawab. Menurutnya, ada pembiaran pihak keamanan hingga Farkhunda harus meregang nyawa dalam amuk massa.
"Polisi Kabul harus bertanggung jawab atas kelalaian mereka, berhentikan petugas yang lalai," ujarnya,
Sebelumnya diberitakan, seorang perempuan, Farkhunda, dipukuli hingga tewas dan tubuhnya dibakar sebelum akhirnya dibuang ke sungai Kabul oleh massa di ibukota Afghanistan. Perempuan tersebut diduga membakar salinan Alquran hingga menyulut kemarahan warga.
Dilansir The Independent, Jumat (20/3), orang tua korban mengatakan putrinya mengalami masalah kesehatan mental hingga tak sengaja membakar Alquran. Namun hingga saat ini belum dapat diklarifikasi secara independen apakah benar pembakaran Alquran yang memicu kekerasan tersebut.