Sabtu 21 Mar 2015 17:23 WIB

Hikmah tentang Penciptaan Mulut dan Telinga Buat Ahok

Rep: Dyah Ratna Meta Novia/ Red: Indah Wulandari
Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok.
Foto: Antara
Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Meski Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok telah meminta maaf karena berbicara kotor di salah satu stasiun televisi swasta, namun ada sebuah hikmah bagi pemimpin lainnya.

“Allah menciptakan mulut satu buah. Sedangkan telinga dua buah. Ini ada maknanya. Yakni, manusia diminta untuk lebih banyak mendengarkan informasi daripada banyak bicara," kata anggota Departemen Dakwah PP Persaudaraan Muslimah (Salimah) ustazah Ika Abriastuti, Sabtu (21/3).

Maka, ia menegaskan bahwa fungsi pemimpin dalam agama Islam sebagai khalifah. Artinya, wakil Allah SWT di muka bumi. Maka, pemimpin harus bisa mengendalikan emosinya dan egonya.

"Dia harus memiliki kualitas yang lebih tinggi daripada rakyatnya," ujarnya.

Kalau memang  tidak bisa mengucapkan kata-kata yang baik dan pantas, kata Ika, lebih baik diam. "Makanya ada pepatah diam itu emas."

Orang yang memiliki pengetahuan, terang dia, ketika berbicara perkataannya mengandung hikmah yang bisa dirasakan manfaatnya oleh orang lain. Seharusnya pemimpin bisa mengeluarkan kata-kata yang penuh hikmah dan bermanfaat.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement