REPUBLIKA.CO.ID, TANJUNG PINANG -- Ketua Komunitas Bakti Bangsa Provinsi Kepulauan Riau (Kepri), Dodi Riyanto mengatakan, pengajar muda dari Komunitas Bakti Bangsa Tanjungpinang sudah melakukan advokasi selama lebih dari enam bulan di lokalisasi Batu 15. Dari hasil advokasi diperoleh data-data yang sangat mengejutkan.
"Ada anak yang masih duduk di SD hamil. Ada anak-anak yang masih berusia 8 tahun bisa meniru tari orang dewasa. Ini menyedihkan," katanya di Tanjung Pinang, Sabtu (21/3).
Karena itu, mereka meminta pemerintah Kota Tanjung Pinang, Provinsi Kepulauan Riau menyelamatkan sekitar 40 anak dari pekerja seks komersial yang tinggal di sana. "Mereka anak-anak yang tidak berdosa, anak bangsa, generasi penerus bangsa yang berhak hidup layak, seperti anak-anak lainnya," kata Dodi.
Masa depan puluhan anak yang tinggal di lokalisasi tersebut terancam, meskipun mereka mengenyam pendidikan. Lingkungan di lokalisasi memberi pengaruh buruk kepada mereka sehingga pemerintah harus turun tangan. Suka atau tidak suka mereka menyaksikan kehidupan di lokalisasi. Sementara ibu mereka terpaksa bekerja sebagai PSK untuk mendapatkan uang.
Dodi menjelaskan, para pengajar muda juga memberi pendidikan gratis kepada anak-anak di lokalisasi tersebut. "Setiap pekan kami mengajar di tempat pertemuan warga di lokalisasi. Kami memberi pendidikan moral, kewarganegaraan dan ilmu pengetahuan umum untuk mereka," ujarnya.
Saat ini, kata dia, pengajar muda memberi pendidikan gratis kepada anak-anak dari keluarga kurang mampu di Sungai Ladi, Kabupaten Bintan. "Dalam tiga tahun terakhir kami sudah melakukan langkah-langkah produktif, berperan mencerdaskan anak-anak bangsa," katanya.