Selasa 24 Mar 2015 00:41 WIB

Prihatin Nasib PRT, 1.400 Relawan Mogok Makan

Rep: Rr Laeny Sulistyawati/ Red: Karta Raharja Ucu
Mogok makan (Ilustrasi)
Foto: Antara
Mogok makan (Ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ribuan relawan Indonesia mengikuti reli mogok makan. Aksi itu sebagai tanda keprihatinan akan nasib pekerja rumah tangga (PRT) dan rancangan undang-undang (RUU) Perlindungan PRT (PPRT) yang tidak kunjung disahkan.

Koordinator Jaringan Advokasi Nasional Pekerja Rumah Tangga (Jala PRT) Lita Anggra mengatakan, aksi itu diawali ketika ia melakukan mogok makan sejak 36 hari lalu. Ternyata, berbagai elemen masyarakat menyusulnya dan mengikuti aksi reli mogok makan nasional.

"Padahal, PRT pekerja di semua elemen, mulai dari keluarga hingga pejabat negara dan tanpa adanya PRT maka semua aktivitas akan lumpuh," ujarnya kepada ROL, di sela-sela aksi doa bersama relawan mogok makan di Bundaran HI, di Jakarta, Senin malam.

Hingga Senin (23/3) malam, sekitar 1.400 relawan Indonesia yang berasal dari berbagai elemen dan profesi. Seperti wartawan, buruh, PRT dalam negeri, buruh migran, dosen, guru, pelajar, hingga mahasiswa, melakukan mogok makan sebagai tanda prihatin terhadap nasib yang dialami PRT.

"PRT hingga saat ini tidak diakui sebagai pekerja," katanya.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement