Rabu 25 Mar 2015 07:54 WIB

PBB: Rakyat Suriah Merasa Diabaikan Dunia

Sekjen PBB Ban Ki Moon
Foto: AP
Sekjen PBB Ban Ki Moon

REPUBLIKA.CO.ID, NEWYORK  --  Rakyat Suriah semakin merasa ditinggalkan oleh seluruh dunia setelah empat tahun perang, yang telah menewaskan hampir seperempat juta orang. Begitu kata Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa Ban Ki-moon pada Selasa (24/3).

Dalam laporan tentang bencana kemanusiaan memburuk di Suriah, Ban menyatakan kehancuran akibat pertempuran itu membuat sekitar 7,6 juta orang menjadi pengungsi dalam negeri. Sejumlah 3,9 juta orang lain harus mencari perlindungan di negara tetangga dan di Afrika utara.

"Setiap hari membawa tambahan kematian, pengungsian dan kerusakan," kata laporan badan dunia tersebut. Sekitar 12,2 juta warga Suriah harus mencari bantuan kemanusiaan di dalam negara itu, kata laporan tersebut.

Saat kemelut itu memasuki tahun kelima, hampir setengah dari rakyat warga Suriah terpaksa meninggalkan rumah mereka. Ban menyatakan semakin sulit memberikan bantuan kepada yang membutuhkan, karena kekerasan dan ketidakamanan, pergeseran garis perang, serta gangguan sengaja oleh pihak dalam kemelut tersebut.

Di antara yang disalahkannya atas peningkatan kesulitan dalam menyalurkan bantuan itu adalah penghentian kegiatan oleh IS. Laporan itu juga menyalahkan aturan pelaksanaan, yang membatasi penyaluran bantuan.

Meskipun pekerja kemanusiaan tidak pernah menuntut lebih banyak, tugas mereka tetap menantang dan berbahaya, kata laporan itu. Namun demikian, secara berarti, lebih banyak bantuan dikirim dalam tiga bulan -Desember, Januari, dan Februari- jika dibandingkan dengan tiga bulan sebelumnya, kata naskah itu, yang akan dibahas pada Kamis oleh Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa.

Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa pada pekan lalu meminta masyarakat dunia membantu Libanon dalam upayanya menampung lebih dari satu juta pengungsi dari negara tetangganya, Suriah. Sekitar 1,18 juta warga Suriah lari dari kemelut berdarah di negaranya untuk berlindung di Libanon.

 

sumber : Antara
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement