REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Menteri Pemberdayaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Yudi Chrisnandi melarang PNS atau pimpinan instansi untuk menjadi bintang iklan. Lebih rinci, iklan yang memperlihatkan sosok pimpinan perusahaan mengucapkan terima kasih.
Menanggapi hal itu, Ketua Perhimpunan Perusahaaan Periklanan Indonesia Harris Thajeb mendukung ide tersebut. Harris menilai, iklan oleh BUMN yang hanya menonjolkan sosok direksi sama sekali tidak ada esensinya.
Harris beranggapan iklan yang baik adalah yang menonjolkan brand atau produk dari perusahaan, bukan hanya semata menampilkan sosok pimpinan yang mengucapkan selamat.
"Jangan hanya pamer orang. Pimpinan boleh diekspos tapi harus ada prestasi dia apa. Jangan buang buang uang rakyat," jelas Harris.
Mengenai potensi pengurangan omset periklanan, Harris mengaku tidak khawatir. Karena dia menilai, sesungguhnya banyak cara bagi BUMN untuk beriklan dengan cara yang lebih ekslusif.
"Pendapatan berkurang drastis? Enggak lah. Kan ucapan itu kan hanya sekali setahun," ujarnya.
Harris meminta kepada BUMN atau kantor pemerintahan untuk bisa membuat iklan yang lebih mendidik atau memberikan pesan yang baik. Iklan, menurut Harris, harus ada satu hal positif yang ingin disampaikan secara tersirat, di luar ucapan selamat. Menurutnya, iklan seperti itu akan lebih bermanfaat dibanding iklan-iklan ucapan selamat selama ini.
"Mungkin masih beriklan tapi dengan cara yang lain. Buka satu grup managemen bilang selamat. Whats for? Ada cara lain lah. Lebih baik iklan yang menyentuh. Bank BUMN misalnya, bikin iklan yang menonjolkan brand, bukan sosok," lanjut Harris.