Rabu 25 Mar 2015 21:51 WIB

Pemimpin Junta Militer Thailand Ancam Media

Rep: C07/ Red: Ichsan Emrald Alamsyah
Perdana Menteri Thailand Prayuth Chan-ocha
Perdana Menteri Thailand Prayuth Chan-ocha

REPUBLIKA.CO.ID, BANGKOK - Pemimpin junta militer Thailand Prayuth Chan-ocha mengancam media di Thailand dengan menutup kantor media bila tidak melaporkan kebenaran dalam pemberitaannya.

Pernyataan keras Prayuth kepada media itu disampaikannya pada Rabu (25/3). Ancaman tersebut bukanlah kali pertama ia lontarkan, pada bulan lalu ia juga mengancam dan mengatakan bahwa dirinya memiliki kekuatan untuk menutup media di Thailand.

“Saya kemungkinan akan mengeksekusi mereka,” ujar Prayuth, dikutip dari laman trust.org dengan muka dingin, ketika ditanya wartawan bagaimana pemerintah akan mengatasi media yang tidak sejalan dengan suara pemerintah.

“Kalian tidak perlu mendukung pemerintah, tetapi kalian harus melaporkan kebenaran,” ujar mantan kepala staf angkatan bersenjata Thailand sambil memberitahu wartawan agar menulis artikel yang bisa mendorong rekonsiliasi di negara tersebut.

Prayuth, yang kini memegang jabatan perdana menteri Thailand, juga memimpin pemerintah militer atau Dewan Nasional untuk Perdamaian dan Ketertiban. Ia mengambil alih pemerintahan Perdana Menteri Yingluck Shinawatra lewat kudeta pada Mei lalu, setelah adanya aksi protes besar-besaran selama berbulan-bulan.

Prayuth dikenal suka mengambil tindakan tiba-tiba dan impulsif segera menindak para pembangkang setelah mengambil alih kekuasaan pada Mei tahun lalu.  Sebelumnya, ia juga pernah membuat pernyataan hukum darurat militer yang belum siap dicabut di Thailand. Aturan ini memberi militer kekuasaan penuh seperti penangkapan dan penahanan.

Pada Januari, pemerintah militer memaksa satu yayasan Jerman membatalkan satu forum kebebasan pers dengan mengatakan bahwa Thailand masih dalam kondisi yang sensitif.

Sejak mengambil alih kekuasaan, pemerintah militer memanfaatkan undang-undang darurat itu yang juga melarang seluruh pertemuan politik. Ia pun sangat kritis dengan harian Matichon dengan menuduh koran itu mendukung perdana menteri yang disingkirkan Thaksin Shinawatra dan sekutunya.

“Jangan pikir saya tidak tahu bahwa artikel anda mendukung pemerintahan sebelumnya,” ujarnya kepada seorang wartawan Matchon sesaat sebelum berangkat ke Brunai. “Mantan Menteri Dalam negeri banyak memasang iklan di koran anda.” tambahnya,

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement