REPUBLIKA.CO.ID, BANJARNEGARA -- Penantian korban longsor warga Dusun Jemblung Desa Sampang Kecamatan Karangkobar Kabupaten Banjarnegara yang kini menghuni di lokasi hunian sementara (huntara) segara berakhir.
Mulai akhir Maret 2015 ini, Pemkab setempat akan segera memulai proses pembangunan fisik hunian tetap (huntap) bagi 27 kepala keluarga (KK) korban bencana tersebut.
"Pembangunan huntap tersebut ditargetkan selesai dan dapat dihuni oleh korban bencana pada Agustus mendatang," jelas Bupati Banjarnegara, Sutedjo Slamet Utomo, Kamis (25/3). Sedangkan lokasi huntap berada di Dusun Suren, Desa Ambal, yang berlokasi tidak jauh dari Dusun Jemblung.
Untuk melaksanakan proses tersebut, Bupati mengaku sudah menugaskan Wakil Bupati Hadi Supeno, untuk berkoordinasi dengan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB). "Lahannya sudah siap. Bahkan terhadap empat orang pemilik lahan yang akan dibangun huntap, sudah dilakukan pembayaran," jelasnya.
Wakil Bupati Banjarnegara, Hadi Supeno, sebelumnya mengakui proses pembangunan huntap di lahan relokasi ini ternyata cukup berbelit dan di luar dugaan. Antara lain, untuk menetapkan lahan relokasi pihaknya harus lebih dulu mendapatkan rekomendasi dari Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Bandung.
"Kalau prosedur ini saya kira wajar, karena kita juga tidak ingin kejadian longsor terulang lagi di lahan relokasi," jelasnya.
Namun setelah rekomendasi ditetapkan, proses yang harus dilakukan selanjutnya tidak berbeda dengan proyek-proyek pembangunan pada umumnya. Antara lain, untuk menentukan harga tanah yang akan digunakan sebagai lahan relokasi, harus melalui proses apprassial dari Sucofindo. Setelah itu dilakukan proses lelang untuk menentukan pengembangnya.
Untuk itu, Wabup meminta para korban bencana Dusun Jemblung bisa memaklumi bila proses relokasi berlangsung agak lama. "Semua prosedur ini harus dilakukan, karena kalau tidak dilakukan nanti kita yang kena (proses hukum)," paparnya.
Untuk melakukan pembangunan di lagan relokasi tersebut, Pemkab masih perlu dilakukan pematangan tanah. Pematangan tanah dengan membuat bronjong dan saluran drainase untuk mencegah longsor. Pengerjaannya direncanakan akan akan dimulai pekan depan.
"Akan dibronjong semuanya hingga yakin aman," ujarnya.
Penganggaran untuk bronjongisasi ini, akan diambilkan dari sumbangan masyarakat yang terkumpul melalui rekening donasi bencana Banjarnegara.
"Dana pematangan lahan ini, akan diambilkan dari dana donasi yang saat ini jumlahnya telah mencapai Rp 10,7 miliar. Sedangkan untuk fisiknya, dananya berasal dari BNPB (Badan Nasional Penanggulangan Bencana," jelas Wabup.
Dalam perencanaan sebelumnya, biaya relokasi bagi seluruh keluarga korban bencana di Banjarnegara tersebut akan menelan biaya sekitar Rp 15 miliar. Dana tersebut berasal dari BNPB (Badan Nasional Penanggulangan Bencana). Selain itu, juga ditambah dengan dana bantuan dari Pemprov Jateng Rp 950 juta.
Keseluruhan dana tersebut, tak hanya untuk merelokasi warga Dusun Jemblung saja, namun juga untuk korban bencana tanah bergerak di Dusun Pencil Desa Karangtengah Kecamatan Wanayasa dan Desa Duren Kecamatan Pagedongan. Perinciannya, untuk Jemblung sejumlah 27 rumah, Dusun Pencil 38 rumah dan Duren sebanyak 21 rumah.