REPUBLIKA.CO.ID, PARMA--Alessandro Lucarelli tersenyum lega. Perjuangan kapten Parma bersama rekan-rekannya agar Federasi Sepak Bola Italia (FIGC) membuat aturan terkait pengelolaan klub yang sehat disetujui.
Lucarelli tak ingin di masa depan ada klub yang bernasib buruk seperti Parma. Para pemainnya tak dibayar sejak Juli 2014. Nasib buruk Parma bertambah karena pemilik baru Giampietro Manenti ditangkap pihak berwajib dengan tuduhan pencucian uang.
I Gialloblu dinyatakan bangkrut pekan ini, tetapi akan mencoba untuk terus bermain sampai akhir musim berkat paket bailout 5 juta euro (Rp 70,8 miliar) dari Lega Serie A, operator kompetisi Serie A.
Para pemain dan AIC (Asosiasi Pemain) hanya setuju untuk terus bermain jika FIGC memperkenalkan aturan baru yang memastikan situasi yang sama tidak bisa terjadi lagi.
"Pertempuran pertama dimenangkan!" tulis kapten Parma Lucarelli di Twitter seperti dikutip Football Italia, Kamis (26/3) setelah mendapatkan kabar peraturan ini telah mendapatkan lampu hijau.
Aturan pertama adalah pengenalan uji kepatutan dan kelayakan bagi pemilik klub, mirip dengan yang saat ini digunakan di Inggris.Mereka juga harus membuktikan kemampuan bayar mereka dengan setidaknya satu lembaga kredit utama Italia atau luar negeri
Hal ini dapat diterapkan untuk siapa pun yang ingin membeli lebih dari 10 persen saham klub.
FIGC juga meluluskan rencana tiga tahun untuk menyeimbangkan seluruh sistem sepak bola Italia, dengan menciptakan semacam uji Financial Fair Play.
Aturan ini akan mengukur likuiditas klub selama 12 bulan ke depan, sehingga memastikan klub dapat menjalani satu musim kompetisi. Aturan akan berlaku untuk Serie A, B, dan Lega Pro.