REPUBLIKA.CO.ID, PEKANBARU -- Data Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) menunjukkan titik panas di Riau selama 2015 jauh lebih rendah dibandingkan dengan 2014.
Kepala Pusat Informasi BNPB, Sutopo Purwo Nugroho menjelaskan, pantauan satelit NOAA-18 di Riau pada 2014 mencatat jumlah titik panas pada Januari 2014 ada 50 titik, Februari ada 1.272 titik, dan Maret 784 titik. Sedangkan pada 2015, titik panas di Januari ada 122 titik, Februari 176 titik, dan Maret 165 titik.
“Faktanya hingga Maret 2015 tidak ada bencana asap yang meluas dan masif, namun demikian antisipasi harus terus ditingkatkan,” jelas Sutopo, melalui keterangan tertulis, Jumat (27/3).
Menurutnya, pola titik panas di Riau dominan terjadi pada Februari-April dengan rata-rata jumlah titik panas kurang dari 200 titik per bulan. Selanjutnya bulan basah selama April-Juni, yang kemudian cuaca lebih kering selama Juni-Oktober dan jumlah titik panas meningkat sekitar sekitar 600 titik per bulan.
“Pada Juni-Oktober inilah yang rawan terjadi bencana asap,” kata dia.
Ia menuturkan, 99,9 persen penyebab kebakaran hutan dan lahan adalah karena disengaja, baik untuk land clearing perkebunan, pertanian maupun ilegal logging yang dilakukan dengan cara dibakar.