REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Juru Bicara Hizbut Tahrir Indonesia Ismail Yusanto mengatakan, khutbah Jumat seharusnya menjadi momentum yang tepat dalam menyadarkan umat mengenai makna takwa yang sebenarnya. Yakni, tunduk kepada aturan Allah SWT, serta tahu dengan mana yang halal dan mana yang haram.
Bila hal itu sama-sama dipahami oleh umat Islam, Ismail yakin berbagai persoalan bangsa akan dapat dihindari dan diselesaikan.
“Khutbah Jumat itu momentum yang tepat untuk dijadikan peringatan kepada umat. Kalau masalah seperti korupsi, kriminalitas masih banyak, artinya menunjukkan kalau ada masalah di dalam shalat Jumat kita,” kata Ismail kepada ROL, Jumat (27/3).
Ismail mengamati, persoalan-persoalan di Indonesia saat ini seperti korupsi, kriminalitas, dan kesenjangan sosial, juga lebih banyak ditimbulkan oleh umat Islam itu sendiri. Karena kebanyakan yang ia lihat pelaku mafia hukum, pelaku korupsi, dan pelaku kriminalitas lainnya juga kebanyakan orang Islam. Di sinilah dinilai Ismail harus menjadi kajian di dalam forum khotbah Jumat agar dapat memperingatkan umat Islam mengenai taqwa yang tunduk kepada ajaran Allah SWT untuk berbuat kebaikan.
“Bisa kita lihat kan. Mafia hukumnya, terdakwa korupsinya, pelaku kriimnalitas, kan orang Islam juga. Padahal kita shalat di masjid yang sama, anut ajaran yang sama, artinya harus kita perbaiki melalui forum khotbah,” ujar Ismail.
Akan tetapi, Ismail menyadari fenomena saat ini di mana sering ditemukan forum khotbah Jumat yang menampilkan khotib yang tidak menampilkan penyampaian materi khotbah yang menarik bagi jamaah. Sehingga materi yang disampaikan tidak dapat dihayati dengan mendalam oleh jemaah.
Hal inilah yang menjadikan ibadah shalat Jumat hanya dianggap sebagai ajang formalitas ritual mingguan saja. Seharusnya, forum khotbah Jumat menurut dia menjadi ajang untuk mncerahkan umat dari berbagai persoalan hidup.
Ismail menekankan, kepada khatib yang biasa mengisi khutbah Jumat untuk benar-benar mempersiapkan materi sebaik mungkin dan menarik bagi Jemaah.
“Yang ada di masjid-masjid itu kadang materi khotbah sudah dipersiapkan selama satu tahun, tinggal dibaca, dan tidak menyambung. Di luar terjadi apa, khotip sampaikan apa, jadinya tidak menyadarkan, tidak mengispirasi dan tidak menjadikan orang melek persoaloan,” ujar Ismail.