REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Presiden Royal College of Psychiatrists di London Simon Wessely mengatakan, motif co-pilot Germanwings Andreas Lubitz yang menjatuhkan pesawat di Pegunungan Alpen itu susah diketahui.
"Mungkin suatu ketika kita akan tahu motifnya. Ada kemungkinan sesuatu akan muncul karena kebanyakan orang yang bunuh diri meninggalkan tanda atau pesan," kata Simon, Sabtu, (28/3).
Namun, ujar dia, untuk peristiwa ekstrim seperti ini kadang-kadang tidak pernah bisa dijelaskan. Makanya motifnya sulit diketahui.
Meskipun media di Jerman menilai Lubitz melakukan aksi mengerikan karena mengalami depresi berkepanjangan namun hal itu tidak bisa menjelaskan peristiwa ini sepenuhnya. Media juga melaporkan kalau Lubitz mendapatkan perawatan dari psikiater karena mengalami krisis kehidupan pribadi.
Menurut Simon, dalam kenyataannya terdapat berbagai macam faktor yang bisa membuat orang melakukan aksi ekstrim. Antara lain, perasaannya, kepribadiannya, yang dapat membuat orang melakukan aksi ekstrim.
Masalah alkohol, penyalahgunaan obat-obatan, hancurnya hubungan percintaan, perceraian, penyakit jiwa, stres kerja pada masa lalu atau pada saat kejadian. Semua itu memiliki andil bagi seseorang melakukan aksi ekstrim.
Namun biasanya orang-orang yang mengalami depresi tidak suka menyakiti orang lain. Mereka cenderung menyakiti diri sendiri.