Ahad 29 Mar 2015 08:40 WIB

Terinspirasi Sahabat Penghafal Alquran

anak-anak gaza palestina belajar menghafal alquran di rumah tahfidz yang dibangun pppa daarul quran
Foto: dok.pppa
anak-anak gaza palestina belajar menghafal alquran di rumah tahfidz yang dibangun pppa daarul quran

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pimpinan Pondok Pesantren Daarul Quran Internasional, Ustaz Yusuf Mansur mengungkapkan, ketika Program Pembibitan Penghafal Alquran (PPPA) diluncurkan, lembaganya mengaudisi 70 calon santri. Kenapa hanya 70 calon santri?

''Terinspirasi dari perang di zaman sahabat, diantaranya Perang Uhud yang menyebabkan banyak sahabat penghafal Alquran gugur. Ada sekitar 70 penghafal Alquran yang meningal dunia dalam Perang Uhud?'' kata Ustaz Yusuf Mansur menerangkan.

Selain terinspirasi dari Perang Uhud, Ustaz Yusuf Mansur menjelaskan alasan PPPA hanya mengaudisi 70 calon penghafal Alquran, supaya mudah menyebutnya. ''Kita mulai mengaudisi tahun 2006. Alhamdulillah terjaring sekitar 52 orang.''

Jumlah santri tersebut, kata dia, di luar santri yang dididik di rumah. Santri yang dididik di rumah dikembangkan dengan sistem salaf (tradisional).

Sampai tahun 2006 dikembangkan salaf, kemudian Allah SWT mempercepat usahanya. ''Target kami sebenarnya tahun 2010 mengembangkan konsep internasional boarding school,'' ujarnya.

Perkenalan Ustaz Yusuf Mansur dengan keluarga besar sebuah teve swasta, mewujudkan Pondok Pesantren Daarul Quran Ketapang lebih cepat dari waktu yang direncanakan.

Kemudian Bulak Santri dikembalikan menjadi pesantren percontohan. Sedang Pesantren Daarul Quran di Ketapang menjadi head quarter dari seluruh Daarul Quran.

Daarul Quran tahun 2006 dikembangkan menjadi Daarul Quran Nusantara (DQN). Waktu itu, Ustaz YM, begitu ia akrab disapa, melihat banyak donatur berasal dari Lumajang, Wonogiri, Semarang, bahkan dari Papua, Sulawesi, Kalimantan.

Makanya ia berinisiatif mengembalikan PPPA yang didapat dari teman-teman di daerah ke daerah masing-masing sehingga bergulirlah konsep Daarul Quran Nusantara (DQN).

Orang Jawa Timur mau bersedekah, mereka bikin DQN di Surabaya. Orang Jawa Tengah mau bersedekah, mereka bikin di Semarang. Begitu pun orang Kalimantan mau bersedekah, maka dibuatkan di Banjarmasin.

''Daarul Quran yang sifatnya PPPA digratiskan. Kalau yang di Jakarta, kita jadikan sekolah subsidi silang. Yang di head quarter kita jadikan sekolah unggulan dengan aneka fasilitas,'' jelasnya.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement