REPUBLIKA.CO.ID, SLEMAN -- Pemerintah kembali menaikkan harga bahan bakar minyak (BBM) jenis premium sebesar Rp 500 per liter. Harga premium yang sebelumnya Rp 6.800 naik menjadi Rp 7.300 per liter. Sementara harga solar yang sebelumnya Rp 6.400, naik menjadi Rp 6.900 per liter.
Hal ini menimbulkan berbagai tanggapan dari masyarakat, termasuk warga Yogyakarta. Mahasiswi UGM, Andari (22) mengatakan khawatir kenaikan harga BBM jenis premium bisa berdampak pada kenaikan harga bahan pokok lainnya.
"Apa gunanya anggaran belanja keluarga, kalau bulan depan naik lagi," ujarnya pada Republika, Ahad (29/3).
Ia pun mengatakan bahwa kenaikan harga premium bisa membebani masyarakat kecil, walau kenaikannya sedikit. Maka itu ia berharap agar pemerintah fokus pada penguatan nilai rupiah.
"Supaya dolarnya turun dan harga-harga jadi murah," kata warga Sleman itu.
Tanggapan serupa muncul dari Warga Bantul, Nurul Hestining Tyas (21). Ia menyayangkan kenaikan harga BBM. Karena saat ini kurs rupiah berada di angka 13 ribu, sebaiknya pemerintah konsentrasi menekan angka tersebut. Menurutnya, jika kebijakan menaikan harga BBM baru bisa diambil saat kurs rupiah bernilai 11 atau 12 ribu.
"Kalau seperti sekarang, ya bisa menimbulkan kelesuan ekonomi," ucapnya.
Sebagai ibu rumah tangga, Nurul berpendapat bahwa kebijakan yang terlalu mendadak ini bisa membuat keuangan keluarga koleps. Ditambah jika pendapatan keluarga tetap, gizi anak bisa semakin pas-pasan.
"Mending kalau dibekali modal dari pemerintah, atau ada arahan jelas bagaimana harus bertindak menyikapi inflasi ini. Sayangnya kan tidak pernah ada," katanya.
Mahasiswa Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, Muhammad Dalton Fisabilillah (24) mengungkapkan bahwa dirinya tidak setuju dengan kenaikan harga BBM. Pasalnya kebijakan tersebut dianggap terlalu mendadak.
"Saya baru tahu akan ada kenaikan jam delapan malem. Ternyata jam 00.00 udah dinaikin. Ya merasa mendadak saja. Soalnya sepengetahuan saya, harga BBM akan dinaikan tanggal 1 April nanti," katanya.
Padahal sehari sebelumnya bensin di kendaraan sudah habis, dan Dalton memilih menunda untuk mengisinya. Tapi saat besok mau mengisi bensin, tiba-tiba harganya sudah naik.
"Disitu kadang saya merasa dikhianati," ujarnya mengungkapkan rasa kecewa.
Dalton hanya berharap, agar pemimpin negeri ini amanah. Tidak hanya bekerja, tapi juga beribadah dan taat pada Allah SWT untuk menyejahterakan rakyatnya.
"Semoga kedepannya, kebijakan pemerintah bisa lebih pro rakyat," ucapnya mengakhiri perbincangan.