REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- PT Pertamina (Persero) mencatat efisiensi pengadaan minyak mentah dan bahan bakar minyak melalui unit Integrated Supply Chain pada periode Januari-Februari 2015 sebesar 20 juta dolar AS atau sekitar Rp 260 miliar.
Wakil Presiden Komunikasi Perusahaan Pertamina Wianda Pusponegoro di Jakarta, Ahad (29/3), mengatakan, ISC telah melakukan kegiatan pengadaan baik minyak mentah dan bahan bakar minyak (BBM), yang merupakan kunci awal menekan biaya pokok produksi, sesuai rencana.
"Hal itu dibuktikan dengan nilai efisiensi dalam pengadaan minyak dan BBM selama Januari-Februari akumulatif sekitar 20 juta dolar AS atau sekitar 10 juta dolar per bulan. Ini sudah sesuai target," katanya.
Menurut dia, sampai dengan akhir 2015, efisiensi pengadaan minyak mentah dan BBM melalui ISC ditargetkan bisa mencapai sekitar 122 juta dolar AS atau setara Rp 1,6 triliun. "Dalam menghadapi situasi harga minyak yang relatif rendah, perusahaan telah menerapkan berbagai inisiatif untuk efisiensi," katanya.
Wianda merinci penghematan yang sudah dilakukan ISC di antaranya pengaturan logistik melalui perubahan pola impor dari sebelumnya sampai pelabuhan tujuan (cost and freight/CIF) menjadi hanya di pelabuhan asal (free on board/FOB) dan?penghematan dari biaya "letter of credit" (L/C).
ISC merupakan bagian di bawah Pertamina yang menggantikan peran Pertamina Energy Trading Limited (Petral) dalam pengadaan minyak mentah dan BBM. Peralihan peran tersebut merupakan rekomendasi Tim Reformasi Tata Kelola Migas Kementerian ESDM yang diketuai Faisal Basri pada akhir Desember 2014.
Sementara, Petral diarahkan menjadi perusahaan perdagangan minyak kelas dunia dan menjalankan fungsi intelijen pasar. Petral yang tetap berkantor di Singapura itu menjadi salah satu rekanan ISC.