REPUBLIKA.CO.ID, ADEN -- Sejumlah negara terus melakukan evakuasi warga-warganya dari Yaman, menyusul serangan udara koalisi pimpinan Arab Saudi ke negara tersebut. PBB juga ikut mengevakuasi staf internasionalnya dari Yaman pada Sabtu (28/3), di tengah usaha Saudi membendung serangan Houthi.
Perwira militer Saudi mengatakan, 86 diplomat asing dan warga negara Saudi telah dievakuasi keluar dari Aden ke pelabuhan Laut Merah, Jeddah. PBB tak ketinggalan mengevakuasi staf mereka, setelah malam ketiga serangan udara Saudi di Yaman.
PBB mengatakan, kurang lebih 100 staf internasional telah dievakuasi. Petugas bandara mengatakan, sekitar 250 warga asing lain yang bekerja di perusahaan-perusahaan minyak internasional dan LSM juga telah diterbangkan ke Ethiopia dan Djibouti.
Indonesia juga ikut mengevakuasi warganya. Sudah 148 Warga Negara Indonesia (WNI) di Yaman yang dievakuasi dan dipulangkan ke Indonesia. Pemerintah Indonesia menyatakan terus melakukan upaya-upaya untuk melindungi WNI di negara yang tengah bergejolak tersebut.
Sejak memanasnya kondisi di Sanaa, pemerintah Indonesia melalui Kementerian Luar Negeri memang mengeluarkan seruan untuk WNI meninggalkan Yaman. Sejak 17 Februari pemerintah telah membuka pendaftaran bagi WNI di Yaman yang ingin dievakuasi pulang ke Indonesia.
Koordinator Satuan Tugas Pemulangan WNI Yaman Gatot Abdullah Masnyur mengatakan pada Republika melalui pesan singkatnya, Ahad (29/3), hingga saat ini sudah 148 WNI yang dipulangkan ke Tanah Air. Gatot mengatakan sekitar lebih dari 4.000 WNI berada di Yaman, sekitar 200 di antaranya berada di Sanaa. "Sudah 148 (yang dipulangkan)," ujarnya.
Sementara Pakistan berencana mengirimkan pesawat ke kota Hodeida, Yaman. Penasihat Perdana Menteri Pakistan, Shujaat Azim mengatakan, Pakistan berharap dapat mengevakuasi sekitar 500 warganya yang berkumpul di sana. Pakistan mengatakan sekitar 3.000 warganya tinggal di Yaman.