REPUBLIKA.CO.ID, MAGELANG -- Kepala Staf Angkatan Darat Jenderal TNI Gatot Nurmantyo menegaskan Forum Komunikasi Putra Putri Purnawirawan dan TNI/Polri Indonesia bukan partai politik tetapi anggotanya boleh menjadi anggota partai politik.
FKPPI merupakan rumah bersama, anggotanya boleh dari Partai Golkar, PPP, PDIP, PAN, dan partai manapun, tetapi manakala masuk ke FKPPI tidak ada partai, katanya pada penutupan Musyawarah Nasional IX FKPPI di kompleks Akademi Militer Magelang, Jawa Tengah, Ahad (29/3).
"Sebagai pembina FKPPI, saya ingatkan apabila ada yang menarik FKPPI ke arah partai usir dia," katanya.
Ia menuturkan jika FKPPI ditarik ke partai hal itu merupakan awal kehancuran FKPPI, berarti dia anak TNI/ Polri yang datang ingin menghancurkan FKPPI. Namun, katanya, apabila ada anggota FKPPI ikut partai, bahkan menjadi ketua partai harus didukung.
"Gunakan seluruh potensi yang ada di FKPPI untuk membesarkan dia. Kalau ada yang mencalonkan bupati dukung dia sampai jadi, itulah gunanya FKPPI. Tunjukkan kekuatan FKPPI, jika kekuatan ini ada maka FKPPI akan disegani," katanya.
KSAD mengingatkan anggota FKPPI bahwa ancaman bagi bangsa Indonesia ke depan dilihat dari pesatnya pertambahan populasi penduduk dunia yang tidak diimbangi dengan ketersediaan pangan, air bersih, dan energi menjadi sumber pemicu munculnya konflik-konflik baru.
Ia menuturkan Indonesia sebagai salah satu negara di garis equator yang memiliki potensi vegetasi sepanjang tahun akan menjadi arena persaingan kepentingan berbagai negara. Untuk itu, diperlukan langkah antisipasi agar keutuhan dan kedaulatan Negara Kesatuan Republik Indonesia tetap terjaga.
Berdasarkan prediksi, katanya jumlah penduduk dunia pada tahun Indonesia Emas (2045) mencapai 12,6 miliar dan pada 2056 saat prediksi sisa cadangan minyak bumi dunia habis, jumlah penduduk dunia sudah mencapai 14,5 miliar dan pada saat itu energi fosil sudah habis dan energi berubah ke energi hayati.
Pertambahan populasi penduduk inilah yang menyebabkan terjadi kelangkaan energi, pangan, dan air.
Munas FKPPI IX di Akmil tersebut berhasil mempersatukan FKPPI dan Generasi Muda FKPPI. Dua ketua umum organisasi tersebut Pontjo Sutowo dari FKPPI dan Hans Silalahi dari Generasi Muda FKPPI sepakat membagi peran dalam pucuk pimpinan FKPPI yang menyatu tersebut.
"Saya sebagai ketua umum dan Bung Hans ketua harian," kata Ketua Umum FKPPI Pusat Pontjo Sutowo yang kembali secara aklamasi diminta memimpin organisasi tersebut untuk lima tahun ke depan.
Pontjo yang menjabat ketua umum sejak 2004 mengatakan penyatuan 'dua raga satu jiwa' ini bagian dari komitmen FKPPI untuk bisa lebih berperan nyata dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, terutama untuk membangun Indonesia dengan semangat gotong royong dan persatuan.