REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pengamat politik Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Firman Noor menyatakan Hilmi Aminudin menjadi kunci terkait muncul atau tidak munculnya ketua majelis syuro Partai Keadilan Sejahtera (PKS) yang baru. Jika Hilmi menolak jabatan baru ini dipastikan akan muncul calon lain.
Firman menyatakan di atas kertas, peran Hilmi sampai saat ini belum tergantikan. Ini karena dia termasuk tokoh senior di PKS. Ditambah lagi peran vital dia sebagai peletak dakwah PKS di Indonesia.
"Jadi internal PKS cenderung memilih dia kembali menjadi ketua majelis syuro," katanya, Senin (30/3).
Dia menyatakan skenario ini bisa berubah. Yaitu saat dicalonkan kembali, Hilmi menolak jabatan ketua majelis syuro.
"Jika ini terjadi peluang munculnya tokoh lain menjadi besar," ujarnya.
Sebelumnya, Ahad (29/3) PKS melakukan pemilihan raya serentak di 34 kabupaten dan kota se Indonesia. Seluruh calon anggota MS wajib memenuhi syarat sesuai ketentuan Anggaran Dasar dan Rumah Tangga (AD-ART) partai.
Di antaranya, bakal calon sudah menjadi anggota ahli tidak kurang dari tujuh tahun, berusia paling sedikit 30 tahun, berpengalaman sebagai pengurus pada struktur partai tingkat provinsi.
Setelah anggota baru majelis syuro terbentuk, mereka bermusyawarah untuk menunjuk satu orang untuk menjabat sebagai ketua majelis syuro. Jumlah anggota majelis syuro terdiri dari 99 orang. Perinciannya yakni 66 dipilih dalam momenntum ini. Sedangkan 33 yakni sebagai dewan pakar dipilih oleh 66 anggota majelis syuro.