Selasa 31 Mar 2015 11:20 WIB

LIPI: Contoh India dalam Inovasi Tata Kelola dari Masyarakat

Rep: Laeny Sulistyawati / Red: Ilham
LIPI
LIPI

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) menjadikan keberhasilan India dalam tata kelola inovasi yang berasal dari masyarakat sebagai contoh.

Kepala LIPI, Iskandar Zulkarnain mengatakan, konferensi dunia tentang inovasi akar rumput di Ahmedabad, India, pada Januari 2015 lalu mencatat keberhasilan India. Kesuksesan India ini yaitu dalam menelusuri, mendokumentasikan, melindungi, mempromosikan, dan memasarkan secara global inovasi yang berasal dari masyarakat.

“India telah menunjukkan tata kelola inovasi akar rumput yang ideal dan patut dicontoh,” katanya saat diskusi publik LIPI di Jakarta, Selasa (31/3). Untuk itu, pihaknya menekankan perlunya perhatian yang lebih banyak dan harus berbenah. 

Wakil Kepala LIPI, Akmadi Abbas mengatakan, melalui pola pikir tersebut, masyarakat ditempatkan sebagai pemeran aktif dalam pencapaian visi pembangunan jangka panjang Indonesia. LIPI sebagai institusi yang berkaitan dengan inovasi di Indonesia harus mengambil peran strategis dalam hal ini.

Sementara itu, Kepala UPT Balai Besar Pengembangan Teknologi Tepat Guna LIPI, Yoyon Ahmudiarto mengatakan, kegiatan inovasi yang merupakan disebut akar rumput ini bisa disebarkan di Indonesia. 

Sementara itu, ahli inovasi akar rumput asal India Anil K Gupta mengatakan, inovasi akar rumput tidak jauh dari pemikiran dan gerakan besar Mahatma Ghandi yang berhasil dikembangkan dalam isu kontemporer. “Dengan semangat Gandhian, inovasi dilakukan untuk menyelesaikan masalah riil yang dihadapi, egalitarianisme, keterbukaan, dan pembelaan terhadap yang lemah,” katanya.

Selain itu, kata dia, inovasi akar rumput juga menekankan kepada keselarasan dan penghormatan pada alam dalam setiap produk dan wacana yang dimunculkan. Untuk itu, kata dia, setiap orang bisa menjadi inovator tidak peduli berusia tua atau muda. “Jangan terhambat dengan pemikiran seperti saya sudah tua sehingga tidak bisa berinovasi,” ujarnya.

Untuk menciptakan inovasi juga tidak harus mengenyam pendidikan tinggi atau berasal dari lembaga tinggi. Jika orang mengeluh tidak bisa menciptakan inovasi, kata Anil, itu bukan karena tidak inovatif tetapi tidak terlalu memperhatikan atau observasi. Untuk itu, ia menegaskan sikap observasi harus dibangun.

Untuk menciptakan inovasi, dia menyebutkan ada beberapa tahap yaitu melihat, mengobservasi, menganalisis, abstrak, asimilasi, dan aplikasi.

Honey Bee Network merupakan wadah bagi pemikir individu, inovator, petani, ulama pembuat kebijakan, pengusaha, dan organisasi non pemerintah seperti lembaga swadaya masyarakat (LSM). HBN hadir di lebih dari 75 negara dengan filosofi ide yang otentik untuk mendukung inovasi akar rumput.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement