REPUBLIKA.CO.ID, BERLIN -- Sekolah penerbangan Lufthansa yang meluluskan izin terbang Kopilot Andreas Lubitz mengetahui bahwa pria 27 tahun tersebut pernah mengalami depresi berat. Lubitz mengatakannya pada pihak berwenang Lufthansa 2009 lalu.
Fakta ini membawa pertanyaan terkait proses pencalonan pilot Lufthansa. Keluarga korban dapat mengangkat hal ini ke ranah hukum. Fakta ini juga membahayakan Lufthansa karena sebelumnya CEO Lufthansa pernah mengatakan bahwa tidak ada alasan Lubitz untuk sengaja mencelakaan pesawat.
Lufthansa mengatakan Lubitz menunda pelatihan pilotnya selama beberapa bulan namun kemudian melanjutkannya pada 2009. Ia kemudian lolos semua uji medis dan dinyatakan siap terbang.
Ketika melanjutkan tes, ia membawa dokumen medis yang menyebutkan ia menderita depresi berat. Jaksa di Duesseldorf juga mengatakan Lubitz pernah menerima terapi untuk pasien yang memiliki kecenderungan bunuh diri.
Pengacara asal New York, Justin Green yang biasa menemani keluarga korban kecelakaan penerbangan mempertanyakan apa yang Lufthansa lakukan untuk memastikan ia layak dan siap terbang.
''Saya sulit menerima bahwa maskapai tidak menganggapnya sebagai bahaya,'' kata Green.