REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pengamat Politik Universitas Jayabaya, Lely Arrianie menilai wajar bila publik membuat prasangka bahwa Presiden Joko Widodo sedang membentuk 'matahari kembar' antara Wakil Presiden Jusuf Kalla dengan Kepala Kantor Staf Kepresidenan Luhut B Panjaitan. Hal itu terlihat dalam acara perkenalan para deputi Kantor Staf Presiden tanpa mengundang JK.
"Kalau ada anggapan, Jokowi membuat 'matahari kembar', seolah-olah JK dan Luhut sama derajat tugasnya, maka bisa saja (ada anggapan itu)," kata Lely saat dihubungi Republika, Rabu (1/4).
Namun, kata Lely, penunjukan para deputi Kantor Staf Kepresidenan tidak urgen. Sebab, Wapres JK pun dimungkinkan untuk membentuk sebuah tim yang bertugas sama seperti para deputi itu. Sehingga, ada ruang bagi pasangan Jokowi-JK bersinergi memonitor program prioritas di tiap kementerian.
"Bagi saya, penunjukan deputi-deputi ini tidak penting-penting amat. Jokowi bisa memberdayakan JK dengan job description-nya. Kalaupun dia (Jokowi) memberikan kepercayaan kepada Luhut, dia harus tetap melibatkan JK," tegas Lely.
Lely menilai, gaya komunikasi politik Jokowi sudah tidak sehangat dahulu ketika dirinya masih sebagai gubernur DKI Jakarta ataupun Wali Kota Solo. Lely menyebut, ketika itu, Jokowi tampak mampu membangun komunikasi politik yang baik dengan setiap pendampingnya. Misalnya, dengan Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) yang kini menjabat sebagai Gubernur DKI Jakarta.
Begitu juga JK yang sekarang cenderung memiliki gaya komunikasi politik yang adaptif, tidak seperti dahulu. Misalnya, pada awal pemerintahan Jokowi-JK, tampak JK lah yang mengikuti gaya dan komunikasi Jokowi. Padahal, sebut Lely, bila dibandingkan dengan era Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), JK lebih kelihatan agresif.
"(Saat dampingi Jokowi) Seolah-olah Pak JK membuat 'matahari kembar'. Karena dia (SBY) mungkin lebih kalem dan JK lebih agresif," kata Lely.
Karenanya, Lely menduga, ada kesukaran dari Presiden Jokowi untuk membangun komunikasi politik sebagai RI 1. Lantaran itu, Jokowi cenderung membentuk lingkaran orang-orang kepercayaan di dekatnya. Lely menganggap wajar selama Jokowi selalu melibatkan JK. "Intinya, tidak saling meniadakan. Harus saling mengisi," ujar Leny.
Lely menilai, saat ini Presiden Jokowi kian memperlebar jarak komunikasi dengan wakilnya. Hal ini lantas menandakan, Jokowi kurang responsif terhadap gaya komunikasi politik JK, sebagaimana yang tampak ketika tokoh asal Sulawesi Selatan itu menjabat sebagai wakil presiden mendampingi SBY.
"Bukan hanya (Jokowi) kurang peka, tapi juga menimbulkan jarak komunikasi. Ini menimbulkan praduga."
Seperti diketahui, kemarin JK juga mengkritik soal deputi Kantor Staf Kepresidenan karena dinilai terlalu banyak. Hal ini bertolak belakang dengan komitmen Presiden Jokowi yang ingin pemerintahannya menjadi lebih ramping. "Nanti kita lihat. Ya staf kan mustinya tidak terlalu besar yah, memang karena sudah ada setneg dan setkab juga di situ," kata dia di kantor Wapres, Jakarta, Selasa (31/3).