REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua PP Pemuda Muhammadiyah, Dahnil Anzar Simanjuntak menilai Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) bersikap represif dengan penutupan situs-situs Islam tanpa ada bukti mereka radikal. Penutupan situs Islam merugikan umat Islam.
"Penutupan ini menunjukkan kalau kelompok Islam sering dilabeli berpotensi radikal," katanya, Rabu, (1/4).
Sebagai President Religion for Peace Asia and Pacific Youth Interfaith network (RfP-APYIN), ujar Dahnil, ia sering menggambarkan wajah Islam yang ramah bisa dilihat di Indonesia. Dibandingkan dengan negara Islam yang lain, bahkan Timur Tengah.
"Hanya saja ini sering dirusak dengan provokasi-provokasi pemerintah sendiri. Mereka menebar teror ketakutan seolah kelompok radikalis di Indonesia sangat berbahaya dan menebar teror."
Seharusnya, ujar dia, pemerintah terus berkomunikasi dan membina umat melalui Muhammadiyah dan NU. Sebagai organisasi keagamaan yang lahir dari semangat nasionalisme dan agama, Muhammadiyah dan NU bisa meminimalisir gerakan radikal.