Rabu 01 Apr 2015 14:06 WIB

8.415 Balita di Sleman Terancam Gagal Tumbuh

Rep: C97/ Red: Ani Nursalikah
  Petugas memeriksa kesehatan balita di Puskesmas (ilustrasi)
Foto: Antara
Petugas memeriksa kesehatan balita di Puskesmas (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, SLEMAN -- Sebanyak 8.415 balita di Sleman terancam stunting. Angka ini merupakan 12,87 persen dari total 65.389 balita.

Stunting merupakan kondisi gagal tumbuh pada anak yang menyebabkan tinggi badannya pendek.

Menurut Kepala Seksi Gizi Bidang Kesehatan Masyarakat,Dinas Kesehatan Sleman Widi Harto, panjang normal tubuh bayi baru lahir adalah 48 cm dengan berat 2,5 kg. Jika ukuran bayi kurang dari itu, kedepannya si anak berpotensi besar mengalami stunting.

"Kondisi itu dapat terjadi karena kekurangan protein. Gizinya tidak sempurna. Ini biasanya disebabkan pola asuh yang salah," ujar Widi di kantor Dinas Kesehatan, Rabu (1/4).

Saat ini ada tiga kecamatan dengan angka kasus stunting paling tinggi. Moyudan 15,42 persen dari 1.862 anak. Minggir 14,16 persen dari 2.006 anak. Di Puskesmas Ngemplak I sebesar 14 persen dari 1.624 anak.

Namun begitu angka ini masih lebih rendah jika dibandingkan dengan nasional, yaitu 37 persen.

Kepala Dinas Kesehatan Sleman Mafilinda Nuraini menyampaikan upaya yang dilakukan oleh Pemkab untuk mengurangi angka tersebut adalah dengan mengadakan workshop dan seminar stunting. Menurutnya pemecahan masalah gizi buruk ini harus dilakukan secara jangka panjang.

Awal mula stunting terjadi pada masa kehamilan. Karena itu, gizi kaum perempuan pun harus diperhatikan.

"Masyarakat kami bentuk perkelompok, lalu diberikan pembinaan melalui posyandu. Kami pun melakukan screening di sekolah-sekolah," ujar perempuan yang akrab disapa Linda itu.

Menurutnya yang paling memprihatinkan adalah kasus stunting terjadi di wilayah lumbung pangan. Padahal di tiga kecamatan tersebut, bahan pangan berpotensi tinggi sangat melimpah.

"Tidak perlu yang mahal. Bahan pangan yang murah juga banyak. Di kecamatan tersebut kan banyak ikan dan ternak yang bisa bertelur," kata Linda.

Ia mengimbau pada masyarakat agar memberi makan anaknya dengan asupan gizi yang pas. Jangan hanya asal kenyang.

Selain melalui perbaikan asupan gizi, stunting dapat dihindari dengan banyak olahraga. Bahkan Linda menyarankan agar anak-anak diberi aktivitas fisik yang banyak. Dengan begitu perkembangan tulangnya akan terangsang.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement