REPUBLIKA.CO.ID, ABUJA -- Mantan pemimpin militer dan tokoh oposisi, Jenderal Muhammadu Buhari dipastikan terpilih sebagai presiden baru Nigeria, mengalahkan Presiden yang berkuasa, Goodluck Jonathan.
Ketua Komisi Attahiru Jega mengumumkan pada Rabu (1/4) pagi bahwa untuk sementara Buhari memiliki 12.853.162 suara.
"Di antara 12 kandidat mengikuti satu-satunya perempuan, Remy Sonaiya, menerima 13.076 orang," jelas Jega, seperti dikutip AP, Rabu (1/4).
Jega berkata, setelah memenuhi persyaratan hukum dan meraih suara terbanyak, Buhari dinyatakan sebagai pemenang presiden Nigeria.
Kemenangan Buhari mengakhiri kekuasaan PDP selama 16 tahun dan merupakan pertama kalinya pergantian pemerintahan di Nigeria dilakukan lewat pemungutan suara. Buhari, yang berusia 72 tahun, pernah memimpin militer Nigeria selama 20 bulan menyusul kudeta pada Desember 1983.
Ia kemudian digulingkan lewat kudeta militer lagi, dan mencalonkan diri sebagai presiden setelah pulihnya demokrasi di Nigeria tahun 1999. Ini adalah ke-empat kalinya ia ikut dalam pemilu presiden.
Kemenangannya kali ini dibantu oleh meluasnya ketidakpuasan rakyat atas pemerintahan Jonathan yang telah gagal menumpas pemberontakan militan Islam Boko Haram.
Meski diwarnai dengan ancaman kelompok militan Boko Haram dan dugaan kecurangan, pemilihan umum di Nigeria ternyata berjalan dengan relatif lancar.
Buhari bukanlah nama asing bagi rakyat Nigeria. Dia dikenal sebagai seorang figur yang anti korupsi. Selama masa jabatannya yang relatif singkat, Buhari telah memenjarakan ratusan politisi dan pengusaha yang diduga melakukan korupsi.
Tindakan Buhari selama pemerintahannya dinilai keras dengan memenjarakan para politisi dengan tuduhan korupsi dan hukuman mati bagi para perampok bersenjata dan pengedar narkotika. Pihak yang menentang menyebut aksi pria kelahiran Desember 1942 ini sebagi pelanggaran hak asasi manusia, sementara pihak yang mendukung Buhari merasa tindakan tersebut diperlukan untuk memerangi korupsi di Nigeria yang tidak terkontrol.
Buhari memasuki dunia politik pada 1976 saat ia menjabat menjadi menteri di Kabinet Presiden Olusegun Abasanjo. Setelah kudeta tidak berdarah pada 1983, mantan pejabat militer yang pernah menuntut ilmu di AS ini ditunjuk untuk memimpin Nigeria.
Ironisnya, pada 1985, Buhari justru menjadi korban kudeta yang dilakukan oleh Jenderal Ibrahim Babangida. Akibat kudeta tersebut, dia dipenjara selama 40 bulan. Sejak saat itu, Buhari terus aktif di dalam dunia politik Nigeria, meskipun gagal mencalonkan diri sebagai presiden pada pemilu 2003 dan 2007.
Peraih gelar Doktor di bidang Studi Strategis ini dicurigai oleh kelompok Kristen Nigeria membawa agenda Islam radikal, namun dengan runtuhnya popularitas Presiden incumbent Nigeria, Goodluck Jonathan, dan pandangan bahwa Buhari merupakan figur yang bersih dari korupsi, ayah 10 anak ini tampaknya akan menjadi pesaing kuat dalam pemilu Nigeria 2015.