Rabu 01 Apr 2015 21:18 WIB

BPS: Penyumbang Inflasi Mulai dari Pepaya Hingga Upah PRT

Rep: C84/ Red: Ichsan Emrald Alamsyah
Inflasi Maret 2015: Aktivitas jual beli bahan makanan di Pasar Rumput, Jakarta, Rabu (1/4).
Foto: Republika/ Yasin Habibi
Inflasi Maret 2015: Aktivitas jual beli bahan makanan di Pasar Rumput, Jakarta, Rabu (1/4).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat terjadi inflasi sebesar 0,17 persen pada Maret 2015, sementara dari segi tahun kalender terjadi deflasi 0,44 persen. Kepala BPS Suryamin mengatakan meski mengalami inflasi pada Maret, secara keseluruhan dalam kalender 2015 tercatat masih deflasi 0,44 persen. Hal ini ia katakan mengingat adanya deflasi sebesar 0,24 persen pada Januari dan deflasi 0,36 persen pada Februari.

Ia menambahkan, inflasi secara year on year (yoy) tercatat sebesar 6,38 ersen, sedangkan inflasi komponen inti mencapai 0,29 persen, kemudian inflasi inti secara yoy mencapai 5,04 persen.

"Dari 82 kota, 54 kota mengalami inflasi dan 28 kota lainnya alami deflasi. Di Sumatera 14 kota alami deflasi, 9 kota inflasi. Di Jawa hanya tiga kota yang deflasi. Sedangkan di 33 kota di luar Jawa dan Sumatera , 11 kota deflasi dan 22 kota inflasi," ujar Suryamin di Kantor BPS, Jakarta, Rabu (1/4).

Tercatat kelompok transportasi, komunikasi dan jasa keuangan dan kelompok kesehatan berikan kontribusi tertinggi dalam menyumbang inflasi selama Maret. Suryamin menambahkan dari segi Komoditas yang mengalami kenaikan harga dan menyumbang inflasi adalah bensin, bawang merah, beras, bahan bakar rumah tangga, rokok kretek filter, upah tukang bukan mandor, pepaya, air kemasan, tarif sewa rumah, tarif dokter umum, nasi dengan lauk, upah pembantu rumah tangga, dan mobil.

Sementara, komoditas yang mengalami penurunan harga dan menahan inflasi adalah cabai merah, daging ayam ras, telur ayam ras, ikan segar, tomat sayur, wortel, emas perhiasan, kentang, melon, tomat buah, cabai rawit, tarif listrik, tarif angkutan udara, dan tarif kererta api.

Ia menambahkan rata-rata bahan makanan menyumbang deflasi. Namun, hal tersebut tidak terjadi pada komoditi beras yang masih alami inflasi. Deflasi sebesar 0,73 persen dikatakannya akibat adanya beberapa komoditi yang mengalami panen raya. Hal itu ia yakini dapat menutupi inflasi yang menjerat beras.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement