REPUBLIKA.CO.ID,BANDUNG -- Salah satu terduga anggota ISIS yang berasal dari Desa Rancakasumba, Kabupaten Bandung, Jawa Barat, Asyahnaz Yasmin dinilai harus mendapatkan pembinaan dan rehabilitasi jika memang benar terlibat ISIS.
"Tokoh agama harus dilibatkan, sehingga bisa membina dan membimbing," tutur mantan Ketua Pimpinan Wilayah Nahdlatul Ulama Jawa Barat Sofian Yahya, Jumat (3/4).
Ia menuturkan, pihak intelejen perlu lebih berperan dalam masalah radikalisme ini sehingga sikap tersebut dapat dicegah. "Radikalisme ini harus dicegah," ujar Sofian
Menurut dia, dalam menangkal sikap radikal ini, tidak bisa dilakukan dengan cara yang ditunjukan Amerika. Seperti dengan membumihanguskan atau terus memburunya.
Selain itu, Sofian pun menyayangkan sikap yang menolak kepulangan Asyahnaz ke Kampung Babakan Ciparay, Desa Rancakasumba, Solokanjeruk. Sebab, menurut dia, masyarakat tidak bisa menjustifikasi seseorang yang belum tentu kebenarannya.
"Kepala daerah dan masyarakat harus lebih bijak dalam persoalan ini," kata dia.
Kata Sofian, benar atau tidaknya Asyahnaz terlibat ISIS, itu mesti dikroscek dahulu. Jika benar, lanjut dia, dasar dan tujuannya itu apa. "Jangan asal menilai dia teroris, semua harus jelas dulu," ujar dia.
Sebelumnya, Asyahnaz memang direncakan dipulangkan kembali ke desanya, melalui pihak Kementerian Sosial.
Namun, setelah pihak desa dikabarkan terkait rencana pemulangan Asyahnaz, Kepala Desa Rancakasumba Jajat Sudrajat memberitahukan kepada Kemensos soal warganya yang menolak kedatangan Asyahnaz.
Terlebih, menurut dia, Asyahnaz pun tidak pernah tinggal di desanya. Hanya saja, ia tercatat sebagai warga di desanya. "Warga di sini menolak, jadi dititipkan lagi ke Kemensos," ucap dia.