REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Menteri Luar Negeri (Menlu) RI Retno LP Marsudi meminta pemberlakuan jeda kemanusiaan (humanitarian pause) kepada semua pihak di Yaman, Ahad (5/4). Hal ini menyusul konflik di Yaman yang semakin membahayakan warga sipil.
Pemberlakuan jeda kemanusiaan itu dimaksudkan guna memberikan kesempatan bagi warga sipil untuk dievakuasi keluar dari Yaman.
"Kesempatan ini nantinya akan digunakan oleh Pemerintah RI untuk melakukan evakuasi WNI secepatnya dari yaman," kata Retno.
Indonesia menyesalkan terjadinya kembali korban sipil dalam pertikaian di Yaman. Pemerintah terus menyerukan agar semua pihak menahan diri dan memperhatikan keselamatan warga sipil, baik itu warga Yaman maupun warga asing.
Saat ini masih terdapat 201 WNI yang ada di berbagai penampungan yang menunggu dievakuasi. Di Aden terdapat sebanyak 89 orang, Sana'a 14 orang, Al Mukalla 40 orang dan Tareem 58 orang. Tim Percepatan Evakuasi WNI sudah berhasil masuk ke kota Tareem melalui perbatasan Yaman - Oman pada Sabtu (4/4) kemarin.
Proses evakuasi sudah di mulai pada Desember 2014 dan diintensifkan pada 25 Maret 2015, sebanyak 792 WNI telah dievakuasi dari Yaman dan sampai hari ini sebanyak 590 telah kembali ke Indonesia. Sisanya sebanyak 202 WNI saat ini sudah dievakuasi ke wilayah aman, yaitu di Jizan, Arab Saudi, dan Djibouti City, Djibouti.
Keadaan di Yaman, khususnya sekitar kota Aden dan Sanaa semakin memprihatinkan. Kontak senjata antara pihak yang bertikai semakin meluas. Keadaan ini mempersulit upaya evakuasi yang dilakukan dan mengharuskan Tim Evakuasi WNI untuk terus menyesuaikan skenario, langkah dan proses evakuasi.
Sore tadi Menlu Retno menyambut kedatangan 110 WNI yang telah berhasil dievakuasi keluar dari Yaman. Mereka merupakan kloter pertama dari 262 WNI yang akan diterbangkan dari Jizan, Arab Saudi.
Sisanya akan dijemput oleh pesawat TNI AU di Jizan untuk diterbangkan ke wilayah Oman.
Selanjutnya akan dibawa ke Indonesia dengan menggunakan pesawat komersial.