Selasa 07 Apr 2015 08:30 WIB

Petukaran Tahanan Konflik Ukraina Timur Mandek

Juru Bicara Militer Ukraina, Andriy Lysenko.
Foto: Uacrisis
Juru Bicara Militer Ukraina, Andriy Lysenko.

REPUBLIKA.CO.ID, KIEV --  Mantan presiden Ukraina Leonid Kuchma, yang menengahi krisis yang berkecamuk di Ukraina Timur, pada Senin (6/4) mengatakan pihak yang bertikai telah membekukan pertukaran tahanan perang.

"Pertukaran tahanan sebenarnya telah terhenti," kata Kuchma, wakil dari satu kelompok kontak mengenai normalisasi keadaan di Wilayah Ukraina Timur, kepada wartawan.

Kuchma menjelaskan gerilyawan pro-kemerdekaan telah menetapkan jaminan hukum bagi pemberian amnesti buat petempur mereka sebagai prasyarat buat babak baru pertukaran tahanan, sedangkan Kiev sangat keberatan.

"Pada kenyataannya, tak ada satu pun tim pemerintah yang menangani masalah ini," kata Kuchma, sebagaimana dikutip Xinhua, Selasa pagi.

Pertukaran tahanan adalah bagian dari Kesepakatan Perdamaian Minsk, yang dicapai pada Februari dalam upaya mengakhiri konflik berdarah selama satu tahun yang telah menewaskan lebih dari 6.000 orang.

Kesepakatan itu telah membantu meredakan pertempuran secara mencolok di wilayah timur negeri negeri itu, tapi bentrokan sporadis antar-pihak yang bertikai masih terjadi.

Menurut Juru Bicara militer Ukraina Andriy Lysenko, enam personel pemerintah tewas dan dua orang lagi cedera di Ukraina Timur pada Ahad (5/4), yang merupakan jumlah korban jiwa paling banyak dialami militer Ukraina dalam waktu lebih dari satu pekan.

Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov pada satu taklimat di Ibu Kota Slowakia, Bratislava, Sabtu (4/4) satu-satunya pilihan untuk mencapai penyelesaian damai bagi konflik di Ukraina ialah dengan melaksanakan Kesepakatan Minsk.

Menurut Lavrov, tak cukup untuk hanya membahas gencatan senjata di Ukraina Tenggara, sebab kesepakatan yang ditandatangani di Minsk pada Februari jauh lebih luas. Berkaitan dengan kesepakatan itu sendiri, Lavrov mengatakan kuncinya ialah untuk melaksanakan tahap individual yang ditetapkan dalam kesepakatan tersebut.

Organisasi bagi Keamanan dan Kerja Sama di Eropa (OSCE) pada Jumat (3/4) mengatakan warga di Ukraina Timur menderita bencana serius kemanusiaan akibat dampak konflik antara pasukan pemerintah dan gerilyawan pro-kemerdekaan.

"Bencana kemanusiaan merebak di Ukraina Timur tepat di depan mata kita," kata Michael Bociurkiw, Juru Bicara bagi Misi Pemantau OSCE di Ukraina, kepada wartawan.

Banyak orang yang hidup di Wilayah Lugansk dan Donetsk menderita karekan kekurangan obat dan tak memperoleh akses yang layak ke perawatan kesehatan akibat rusaknya prasarana medis gara-gara konflik, kata Bociurkiw.

Ia menambahkan beberapa kelompok orang yang rentan juga menghadapi masalah untuk memperoleh manfaat sosial, bantuan kemanusiaan dan bantuan mendasar lain dari pemerintah.

Sebagian besar prasarana di Ukraina Timur, termasuk lembaga pendidikan dan kesehatan, telah hancur atau rusak parah akibat konflik mematikan, yang berkecamuk selama hampir satu tahun dan telah menewaskan lebih dari 6.000 orang.

Pertempuran telah memicu arus besar pengungsi. Pada Maret, badan pengungsi PBB melaporkan pengungsi di dalam negeri Ukraina mencapai 1,1 juta orang. Lembaga itu menyatakan lebih dari 670.000 orang Ukraina telah menyelamatkan diri ke negara tetangga, mencari perlindungan di negara tetangga, terutama di Rusia dan Belarusia.

sumber : Antara/Xinhua
Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement