REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- CEO Arrahmah.com, Muhammad Jibril Abdul Rahman mengatakan siap mencabut konten yang dianggap radikal.
Jibril mendesak BNPT untuk mengeluarkan alasan yang konkrit dan jelas terkait tudingan radikal tersebut. "Jika memang kami salah, kami siap. Tapi tunjukkan, kami akan terbuka dan welcome," ujar Jibril, Selasa (7/4).
Jibril tak menampik jika selama ini banyak pihak yang mengklaim Arrahmah sebagai situs yang mengutarakan jihad dan perjuangan Islam. Namun, hal tersebut jangan dinilai secara parsial. Ia mengatakan ada sudut pandang yang dipakai masing masing media dalam menyajikan fakta.
"Misalkan Kompas dari sisi humanis, Republika dari sisi Islami, kami dari sisi perjuangannya. Bisa saja nara sumber dan fakta yang kita dapat sama, tapi berbeda cara pengemasan," jelas Jibril.
Jibril mengaku jika memang ada bukti yang jelas, argumen yang kuat bahwa konten Arrahmah mengandung unsur berbahaya, radikalisme maka dirinya akan mencabut konten tersebut.
Menurut Jibril, ini bukan yang pertama. Pihaknya sudah lebih dulu disurati World Wide Web terkait konten yang terbilang sadis. Jibril mengatakan mereka bisa terima hal tersebut karena WWW mempunyai argumen yang jelas terkait hal tersebut.
Ia mengatakan harusnya pihak BNPT terbuka terkait hal tersebut. Jibril menyebut, jika pihaknya dinilai menyalahi aturan, meragukan NKRI atau mengebiri Pancasila maka itu persoalan pandangan.
Dalam negeri yang menganut asas demokrasi, semua rakyat berhak untuk berpendapat. "Kami pun tahu batasannya." kata Jibril menerangkan.
Jibril berharap Kemeninfo dan BNPT segera merealisasikan janji mereka akan menormalisasi situs Arrahmah.com. Sudah kurun waktu satu minggu pascapenutupan, mereka tak kunjung mendapatkan penjelasan yang memuaskan.