Selasa 07 Apr 2015 21:15 WIB

Pemutihan Karang Diperkirakan Makin Meningkat

Terumbu karang Great Barrier Reef di Australia memutih dan kehilangan penutupnya akibat badai, perubahan iklim dan ledakan populasi bintang laut berduri
Foto: REUTERS
Terumbu karang Great Barrier Reef di Australia memutih dan kehilangan penutupnya akibat badai, perubahan iklim dan ledakan populasi bintang laut berduri

REPUBLIKA.CO.ID, SANUR BALI -- Frekuensi pemutihan karang atau "coral bleaching" diperkirakan semakin meningkat jika tingkat kenaikan suhu yang sama akibat pemanasan global masih terjadi dalam kurun waktu 50 tahun ke depan.

"Coral bleaching diperkirakan akan terjadi satu atau dua tahun sekali jika peningkatan suhu sama terjadi," kata Conservation Science Specialist The Nature Conservancy (TNC) Indonesia Marine Program Purwanto dalam lokakarya Konservasi Laut Ekoregion Sunda Kecil di Sanur, Bali, Selasa (7/4).

Suhu, menurut dia, menjadi ancaman penting karena secara umum terumbu karang akan stres berada di perairan dengan suhu berada di atas 29 hingga 30 derajat celsius. Kadar garam, gelombang, dan kejernihan air laut menjadi faktor pembatas lain untuk keberlangsungan hidup terumbu karang.

Fenomena pemutihan karang di Indonesia secara massal terjadi di tahun 1990, dan terulang kembali di 2014. "Bali juga termasuk yang terkena 'bleaching' parah saat itu".

El Nino, aliran suhu panas dari Amerika Tengah yang juga melewati wilayah katulistiwa, ia mengatakan menjadi ancaman bagi terumbu karang, karena dalam empat minggu suhu air laut meninggi maka tingkat stres terumbu karang pun meningkat.

"Walau pun memang ada species terumbu karang tertentu seperti karang cabang lebih tahan suhu tinggi".

Ancaman lain terumbu karang, ia mengatakan datang dari aktivitas penangkapan ikan yang tidak ramah lingkungan dengan menggunakan bom dan bius.

"Padahal ikan yang bisa dimanfaatkan dari hasil bom dan bius itu hanya 10 persen saja, tapi itu masih ada yang melakukan walau tidak sesering tahun-tahun sebelumnya," ujar dia.

Namun demikian, Purwanto mengatakan kemungkinan karang untuk kembali sehat masih dapat terjadi jika algae atau lumut yang menutupi karang yang mengalami pemutihan dimakan oleh ikan-ikan karang seperti Baronang.

"Tapi permasalahannya ikan-ikan karang seperti Baronang itu kan mulai 'over fishing'. Kesempatan hidup terumbu karang jadi semakin sedikit jika terjadi bleaching," ujar dia.

Atas alasan itu pula, menurut dia, TNC mencoba mencari lokasi perairan yang memiliki ketahanan tinggi dan menjadi kriteria merancang kawasan konservasi.

sumber : Antara
BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement