REPUBLIKA.CO.ID, PADANG -- Sebanyak 89 WNI yang masih berada di asrama Arbithah Attarbiyyah Al Islamiyyah Wamarookizuhaa Atta'limiyyah di Crytar, Aden, Yaman berharap pemerintah Indonesia bisa segera menjemput mereka.
"Kami nggak perlu obat, yang kami perlukan jemputan dan pengamanan untuk dievakuasi," tulis salah satu mahasiswa asal Kabupaten Solok, Sumatra Barat, Abdurrahman Halim yang menuntut ilmu di Al Baihani Republik Yaman melalui pesan singkat kepada Republika, Rabu (8/4).
Hari ini, serangan kembali terjadi di Crytar, Aden, Yaman sejak Selasa (7/4) malam waktu setempat. Rencananya ke-89 WNI tersebut mencoba menuju ke pelabuhan, namun urung dilakukan.
Halim menceritakan, konflik yang kembali berkecamuk membuat dirinya dan teman-teman yang lain tidak bisa keluar dari asrama. Saat baku tembak kembali terjadi, ia dan yang lainnya, berlindung di masjid di basement asramanya.
"Kondisi sekarang lagi nggak aman, takutnya kena peluru nyasar? Kayaknya belum ada yang menang dan yang kalah," ujar Halim yang mengaku bahwa suara tembakan masih terdengar dari asramanya.
Ia pun merasa masih beruntung karena mempunyai persediaan bahan makanan masih cukup. Sehingga, ia dan rekan yang lain dapat menyiapkan makanan sendiri.
"Alhamdulillah, kami sehat semua, jangan biarkan kami mati dulu satu per satu, baru dijemput. Kami hanya dengar iming-iming evakuasi, tapi sampai sekarang belum dievakuasi juga," jelas dia menambahkan.