REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA-- Kepolisian Republik Indonesia belum memastikan ledakan yang terjadi pada Rabu (7/4) siang di kawasan Jalan Jatibunder, Kelurahan Kebun Kacang RT 16 RW 9 Tanah Abang, Jakarta Pusat, berasal dari bom yang dilakukan kelompok teroris.
"Karena meledak, masyarakat bilangnya bom. Tapi secara ilmiah itu bukan bom karena tidak ada detonator, tidak ada tombol on-off, sumbu, dan baterainya," kata Kepala Bagian Penerangan Umum (Kabagpenum) Divhumas Polri Kombes Rikwanto, di Jakarta, Kamis (9/4).
Hingga saat ini Polri menganggap ledakan itu berasal dari petasan berisi paku. Ia menjelaskan bahan peledak itu berisi bubuk mesiu dan paku yang dibungkus plastik dan diikat ujung-ujungnya. "Wujudnya seperti petasan banting, sebesar bola tenis. Bahan-bahan di dalamnya seperti bubuk mesiu dan paku dibungkus plastik, kemudian diikat ujungnya seperti dimsum," katanya.
Rikwanto mengakui isi petasan itu mirip dengan bahan peledak yang biasa dirakit kelompok radikal. "Mirip sekali sih tidak. Tapi karena ada unsur pakunya, seperti yang biasa dirakit kelompok radikal. Mereka itu kan sering pakai paku, mur, baut atau gotri besi sebagai bahan campuran," katanya.
Sebelumnya, Tim Gegana Brimob Polda Metro Jaya menemukan 49 bungkus yang berisi mercon banting, serbuk hitam dan paku di sekitar lokasi ledakan Jalan Jati Bunder RT16/09 Kebon Kacang Tanah Abang, Jakarta Pusat.
"Ini yang kita temukan 49 bungkus dari hasil penggeledahan di sekitar lokasi ledakan," kata Kepala Polda Metro Jaya Inspektur Jenderal Polisi Unggung Cahyono.
Irjen Unggung menuturkan tim Gegana yang menyisir selanjutnya anggota Pusat Laboratorium Forensik Polri dan Reserse mengolah tempat kejadian di sekitar lokasi kejadian. Dari hasil penggeledahan, petugas tidak ditemukan "timer" (pengatur waktu) dan detonator (alat pemicu).
Berdasarkan olah tempat kejadian sementara, polisi menemukan diameter sebesar 30 centimeter yang diduga bekas ledakan hingga merusak kayu bangunan rumah. Akibat ledakan tersebut, empat orang terluka parah dan hingga kini masih dirawat secara intensif di RS Polri Kramat Jati, Jakarta Timur.