REPUBLIKA.CO.ID, ANKARA -- Pemerintah Turki mengirimkan pasukan tambahan dan pesawat pengintai pada Sabtu (11/4). Mereka mengirim bantuan setelah pengikut Partai Pekerja Kurdi (PKK) menembak dan melukai empat tentara militer di Distrik Diyadin, Provinsi Agri Timur.
Dilansir dari the Guardian, Ahad (12/4), sebanyak lima orang anggota Partai Pekerja Kurdi tewas dalam bentrokan dengan pasukan Turki. Militan PKK mencoba untuk membuat kerusuhan sebelum pemilihan parlemen Juni mendatang.
Pemerintah Turki mengatakan mereka menembaki pasukan militer. "Kami segera membalas tembakan, mengirim pesawat pengintai, helikopter bersenjata dan pasukan darat ke wilayah tersebut," ujar militer Turki. Hingga saat ini, bentrokan masih terus berlangsung. Pemerintah Turki dan PKK sepakat melakukan gencatan senjata dua tahun lalu.
Itu merupakan bagian dari negosiasi untuk mengakhiri pemberontakan selama 30 puluh tahun. Saat bentrokan pertama kali terjadi sebanyak 40 ribu orang tewas menjadi korban tahun 1984. Proses perdamaian saat ini harus gagal justru menjelang pemilu. Sebanyak 25 anggota PKK terlibat dalam bentrokan melawan pasukan militer Turki.
Partai politik HDP mengatakan sebuah parpol telah memanfaatkan tindakan terorisme untuk mendapatkan suara. Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan juga menuduh politisi pro Kurdi menggunakan pemberontakan sebagai taktik kampanye.
Wakil Perdana Menteri Yalcin Akdogan mengatakan serangan ini bertujuan untuk mengganggu kestabilan keamanan menjelang pemilu Turki. "Upaya untuk mengganggu ketertiban umum, keamanan pemilu dan perdamaian bangsa tidak bisa ditoleransi," katanya melalui akun Twitter.