REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG --Sejumlah piringan hitam alias vinyl musisi lawas Indonesia banyak diburu kolektor cakram padat pada Pameran Vinyl di Pasar Barang Antik dan Seni Cikapundung, Kota Bandung.
"Vinyl musisi lawas Indonesia sulit dicari karena langka. Zaman dulu, kebanyakan para musisi Indonesia hanya mencetak vinyl dengan jumlah sedikit," kata pedagang vinyl, Aria Anggadwipa (31) di Pameran Vinyl Pasar Seni Cikapundung Kota Bandung, Ahad.
Menurutnya, pada era 1950 hingga 1970-an penikmat musik analog di Indonesia mayoritas berasal dari kalangan berduit lantaran harganya yang mahal. Akibatnya, saat itu para musisi lawas Indonesia hanya mencetak vinyl dengan edisi terbatas.
Album vinyl mereka juga tak dijual ke luar negeri, melainkan hanya beredar di pasar domestik.
"Bila di Amerika Serikat misalnya, musisi tak hanya mencetak vinyl untuk penikmat musik di Amerika saja, tapi vinyl mereka juga dijual ke sejumlah negara di berbagai benua," katanya.
Pada pameran tersebut sejumlah vinyl musisi lawas Indonesia yang dijual di Pasar Barang Antik dan Seni Cikapundung berkisar dari ratusan ribu hingga jutaan rupiah, salah satunya vinyl Alwi Oslan album Mesra yang dibandrol harga Rp 600 ribu.
Salah seorang kolektor vinyl Rey Martosono mengaku, sering kesulitan bila mencari vinyl musisi Indonesia lantaran jumlah yang terbatas tersebut.
"Saya sering berburu vinyl hingga ke luar negeri. Saya merasa justru lebih sulit mencari vinyl dari musisi Indonesia, ketimbang mencari vinyl musisi luar negeri," kata pria yang pernah meraih Rekor MURI 2013 lantaran memainkan 18 alat musik secara bersamaan itu menambahkan.