REPUBLIKA.CO.ID, KAIRO -- Menteri Perindustrian dan Perdagangan Luar Negeri Mesir, Mounir Fakhry Abdel Nour, memberlakukan larangan untuk mengimpor tradisi Lentera Ramadan atau dikenal juga dengan Fawanees. Keputusan ini dianggap sebagai titik balik Mesir yang selama ini menggantungkan pembelian warisan tradisi lokal dari luar negeri.
Mohamed Al-Suwaidi, Ketua Federasi Industri Mesir (FEI), mengatakan larangan impor tersebut dapat mendorong pengembangan industri lokal dan nasional Negara Mesir.
“Peraturan baru ini dapat membantu melestarikan warisan budaya Mesir,” kata Mohamed Al-Suwaidi dilansir Albawaba, Ahad (12/4).
Keputusan ini tentunya membuka kesempatan kerja yang luas kepada para pemuda dan perempuan Mesir. “Kami akan membuka kembali pasar domestic yang selama ini tertutup akibat impor,” kata Mohamed Al-Suwaidi.
Lentera Ramadhan adalah tradisi masyarakat Mesir untuk menyambut Ramadhan. Bagi orang Mesir, Ramadhan dipandang sebagai bulan yang penuh dengan keajaiban.
Lentera Ramadhan biasanya terbuat dari plastik kecil atau kaleng. Lentera Ramadhan pada tahun-tahun sebelumnya biasa diimpor dari negara Cina. Hal ini disinyalir menjadi penyebab menurunnya penjualan lentera buatan lokal hingga mencapai 70%.
Lentera dengan berbagai warna dan ukuran selalu dianggap spesial bagi rakyat Mesir. Banyak cerita yang melatarbelakangi kegemaran mereka terhadap alat penerangan tradisional yang satu ini.
Salah satunya adalah cerita mengenai Kalifah Al Hakim Bi Amr Illah yang ingin menerangi jalan selama bulan Ramadhan. Tokoh yang dihormati oleh masyarakat muslim Mesir ini kemudian menyuruh semua sheikh menggantung lentera untuk menerangi jalan ke masjid.