REPUBLIKA.CO.ID, TANAH ABANG -- Kini sudah zamannya bajaj berbahan gas (BBG) alias bajaj biru. Demikian diungkapkan sejumlah sopir bajaj biru yang mengaku pendapatan mereka naik tinggi sejak beralih dari bajaj oranye.
"Memang sudah zamannya bajaj biru, dan bajaj oranye tidak laku. Banyak penumpang lebih milih bajaj biru," kata Roy, sopir bajaj BBG yang biasa mangkal di Pasar Tanah Abang, Jakarta, ini, akhir pekan lalu.
Karena bajaj biru jauh lebih laku, pendapatan Roy pun lebih baik ketimbang saat masih menggunakan bajaj oranye. Dalam satu hari dia hanya mengeluarkan Rp 20 ribu untuk pengisian gas, Rp 140 ribu untuk setoran harian.
Dari pendapatan Rp 350 ribu satu hari, Roy membawa pulang Rp 190 ribu untuk mencukupi kebutuhan keluarganya. "Sisa uang itu untuk kebutuhan dapur dan untuk biaya sekolah anak saya," kata Roy yang mengoperasikan bajaj ini dari pukul tujuh pagi hingga sembilan malam.
Kesulitan yang dirasakan saat masih menggunakan bajaj lama sepi penumpang. Sopir harus setor Rp 45 ribu per hari dan untuk biaya bensin Rp 40 ribu. Seringkali, kata Roy, mereka harus menombok setoran dan minyak karena tidak ada penumpang.
Ghofur, sopir bajaj yang biasa mangkal di samping SMP Al Ikhlas, Cipete, Jakarta Selatan, mengaku pendapatannya naik sejak menyopiri bajaj biru. Ia mencontohkan, ketika masih menggunakan BBM, setiap hari selalu mengeluarkan Rp 60 ribu untuk BBM.
Kini setelah menggunakan BBG, ia hanya mengeluarkan Rp 20 ribu atau hemat 200 persen. "Terasa lebih tinggi pendapatan," kata Ghofur.
Hal senada dirasakan Tarjuki, sopir bajaj di kawasan yang sama. Dengan pengeluaran Rp 20 ribu untuk membeli gas setiap hari, ia menyatakan setidaknya ada penghematan Rp 30 ribu karena biasanya ia beli BBM Rp 50 ribu.
Hanya masalahnya, kata Tarjuki, untuk mendapatkan gas belumlah semudah mendapatkan bensin. Ia yang juga mangkal di SMP Al Ikhlas Cipete harus mengisi BBG di SPBG Pertamina di Lebak Bulus.