REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pengamat Politik Ekonomi Ichsanuddin Noorsy menyebut, pemanfaatan energi nuklir untuk listrik belum perlu saat ini. Sebab masih banyak energi terbarukan nan ramah lingkungan yang besar potensinya untuk dimanfaatkan. Lagi pula, berkaca ke negara maju seperti China dan Jepang, nuklir tak jadi prioritas dalam pemenuhan energi.
"Anda bisa lihat bagaimana China, dia tidak serta merta memainkan nuklir, China main, tapi tidak mendominasi," katanya. Begitu pun Jepang. Negara sakura tersebut berkaca pada pengalaman dampak nuklir pada peristiwa meledaknya Hirosima di masa lalu. Makanya, pemanfaatan energi nuklir tak terlalu mendominasi.
Ketimbang terburu-buru memanfaatkan energi nuklir, sebaiknya pemerintah berkonsentrasi pada pengembangan dan penguatan bahan bakar gas (BBG). Dari potensi yang ada, seharusnya Indoneaia bisa menjadi bagian dari sepuluh pemain utama produsen gas terbesar di dunia. Terlebih, hambatan pengembangan tak terlalu krusial di mana industri otomotif pun tidak berkeberatan akan penggunaan BBG.
Nantinya, pemanfaatannya akan bisa maksimal untuk rumah tangga, industri dan otomotif sehingga akan terjadi peningkatan penggunaan BBG dari 46 persen menjadi hingga 73 persen. "Kalau tren gas di luar negeri belum terlalu bagus, nah kenapa kita tidak jualan di dalam negeri," tuturnya.
Tantangan terbesar, kata dia, adalah keberadaan asing yang tidak menginginkan Indonesia berdaulat energi. Makanya, untuk melepaskan belenggu tersebut, pertama kali Presiden dan jajaran menterinya harus paham dengan peta ekonomi politik global.
Sementara itu, Dekan Fakultas Ekologi Manusia Institut Pertanian Bogor sekaligus Anggota Dewan Kelautan Indonesia (Dekin) Arif Satria mengatakan untuk mencapai pembangkit listrik berdaya 35 ribu mega watt dalam lima tahun ke depan, Indonesia dapat memanfaatkan energi yang berasal dari laut.
"Ada mikro algae sebagai sumber energi alternatif, bisa untuk listrik atau bio etanol," katanya. Sepakat dengan Ichsan, ia menilai lebih baik tidak dulu menggunakan nuklir untuk saat ini sebelum benar-benar siap. Ebergi laut lainnya yang bisa dimanfaatkan untuk menghasilkan listrik misalnya energi gelombang atau arus laut.
Sebelumnya, Anggota Komisi VII DPR, Agus Sulistiyono pada Ahad (12/4) mengatakan, untuk mengejar target pemenuhan kebutuhan listrik, energi nuklir perlu dimanfaatkan dengan membangun Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir. Ia menilai, nuklir adalah energi yang paling efisisen.