REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Realisasi penerimaan pajak triwulan I tercatat Rp 198,2 triliun atau 15,32 persen dari target APBN-P 2015 sebesar Rp 1.294 triliun. Jumlah tersebut masih jauh lebih rendah dari realisasi pada periode yang sama tahun lalu sebesar Rp 210 triliun. Rendahnya penerimaan pajak ini disebabkan penurunan kinerja impor dan juga anjloknya harga minyak.
Direktur Penyuluhan, Pelayanan dan Hubungan Masyarakat Direktorat Jenderal Pajak Mekar Satria Utama mengatakan, penerimaan pajak hingga Maret 2015 dari beberapa sektor ada yang mengalami pertumbuhan dan penurunan.
Mekar mengatakan penerimaan dari sektor pajak penghasilan (PPh) nonmigas mengalami pertumbuhan 1 persen dibandingkan periode yang sama di tahun 2014. Penerimaan PPh nonmigas tercatat Rp 104,905 triliun. Sedangkan pada Januari-Maret 2014 PPh nonmigas Rp 103,866 triliun.
"PPh nonmigas tumbuh dibandingkan tahun sebelumnya. Yang jadi masalah kita adalah dari penerimaan pajak pertambahan nilai (PPN)," kata Mekar saat berbincang dengan wartawan, Senin (13/4).
Penurunan impor Indonesia dari awal tahun hingga akhir Maret 2015, berkontribusi terhadap penurunan penerimaan yang berkaitan dengan impor. PPh pasal 22 impor turun 9,95 persen menjadi Rp 10,304 triliun. Kondisi tersebut juga berpengaruh pada PPN impor yang turun 11,78 persen menjadi Rp 31,008 triliun jika dibanding pada periode sama tahun lalu.
Penurunan lifting minyak bumi dan anjloknya harga minyak memberikan kontribusi besar terhadap realisasi penerimaan pajak. PPh migas turun 53,81 persen menjadi Rp 8,7 triliun dibandingkan periode sama tahun lalu yang sebesar Rp 19 triliun.
"Rendahnya harga komoditas dan situasi ekonomi saat ini memang mengganggu penerimaan," ucap Mekar.