Selasa 14 Apr 2015 03:43 WIB

Ironi Nelayan Jayanti

Rep: c 12/ Red: Indah Wulandari
Perahu nelayan Pelabuhan Jayanti, Cianjur
Foto: geolocation
Perahu nelayan Pelabuhan Jayanti, Cianjur

REPUBLIKA.CO.ID,CIANJUR -- Kehidupan di Pelabuhan Jayanti tak seindah laut yang menemaninya. Nelayan sulit mendapatkan banyak ikan. Tengkulak makin sedikit menerima ikan hasil tangkapan nelayan.

Tak banyak aktivitas ditemui  di Pelabuhan Jayanti, Kecamatan Cidaun, Kabupaten Cianjur, sekitar pukul 13.00 WIB, akhir pekan lalu. Tidak terlalu banyak aktivitas saat itu.

Setelah bertanya-tanya di mana keberadaan tengkulak, ternyata gudang para tengkulak itu berada tepat di balik bangunan kios yang berjejer itu. Dari kejauhan, empat orang sedang asik bermain kartu di depan sebuah gudang. Sepertinya mereka para tengkulak, kata saya dalam hati.

Benar memang. Salah satu dari mereka, tengkulak. Cecep Supriadi, namanya. Agak tak enak hati sebenarnya saya kepada mereka. Karena, setelah saya mengutarakan maksud kedatangan, yakni wawancara, permainan kartu gaple mereka bubar.

Tampilan mereka memang kelihatan orang laut sekali. Kulit agak kecoklatan seolah selalu berjemur di bawah terik matahari. Kalau dilihat-lihat, wajahnya mirip sekali dengan Cesar, si juru joget yang sering nongol di televisi.

Bermain kartu gaple dari siang sampai sore, di depan gudang ikan milik ayah Cecep, sering mereka lakukan selama beberapa bulan terakhir.

Tak salah memang, sebab pasokan ikan dari nelayan sangat sepi dalam tiga bulan terakhir, kata dia. Itulah yang membuatnya mengisi hari-hari dengan bersantai ria. Salah satunya, main gaple.

"Sekarang sehari paling cuma dapat satu kilo dari nelayan, malah kadang suka enggak dapat," tutur dia, sambil mengebulkan asap rokoknya, ditemani kopi susu di sebelahnya.

Dari awal 2015 hingga kini, pendapatan Cecep berkurang sampai 50 persen. Bahkan, tak jarang, ia tak mendapatkan apa-apa. "Malah nombokin," tutur dia.

Terkadang, ia hanya mendapat pasokan ikan dari nelayan sebanyak 50 kilogram, atau kadang hingga 1 kwintal. Jumlah tersebut sangat jauh berkurang ketimbang saat memasuki musimnya.

Saat sedang musim, Cecep bisa memperoleh untung Rp 500 ribu sampai Rp 1 juta per hari. Jika lagi tak musim, seperti sekarang ini, Cecep hanya dapat untung Rp 100 ribu sampai Rp 200 ribu per hari.

Biasanya, dalam sehari, ia bisa menampung sampai 1,5 ton. Jika sebanyak itu, ikan tersebut langsung dikirim ke Jakarta. Sekali kirim, bisa sampai dua truk.

"Kalau sedikit, kayak sekarang ini, ya paling untuk pasar ikan lokal di sini saja," tambah dia.

Pelabuhan Jayanti banyak menghasilkan beragam ikan laut. Di antaranya,  Layur, Tenggiri, dan Kerapu.

Ikan Layur di sini memang sangat berbeda. Kualitasnya jauh lebih baik jika dibandingkan dengan hasil tangkapan nelayan di pelabuhan lain. Sebab, cara menangkapnya tidak dengan jaring, tapi dengan memancing.

Dengan cara ini, tubuh ikan tidak akan rusak tergores bekas jaring. "Itu yang bikin ikan Layur di sini lebih mahal," ujar dia.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement