Selasa 14 Apr 2015 04:19 WIB

Damainya Pemilu di Sudan

Rep: Karta Raharja Ucu/ Red: Indah Wulandari
Pendukung Presiden Sudan, Omar Hassan Al Bashir, dalam sebuah kampanye di Khartoum, Sudan, Kamis (9/4).
Foto: EPA/Morwan Ali
Pendukung Presiden Sudan, Omar Hassan Al Bashir, dalam sebuah kampanye di Khartoum, Sudan, Kamis (9/4).

REPUBLIKA.CO.ID,KHARTOUM -- Dikawal sejumlah polisi, tentara, dan beberapa pengawal pribadi, Presiden Umar Al-Bashir datang ke tempat pemungutan suara di Sekolah St Francis, Kota Khartoum, Sudan.

Mengenakan pakaian khas Sudan, Jalabiyah dan surban berwarna putih, Bashir memberikan suaranya dalam pemilihan umum legislatif dan pemilihan umum presiden (Pilpres).

Pemilu kedua yang digelar secara demokratis dan terbuka di Sudan itu dimulai pukul 08.00 waktu setempat, Senin (13/4). Pemilu ini juga menjadi yang pertama di Republik Sudan, setelah Sudan Selatan memisahkan diri dan menjadi negara merdeka.

Bersama ratusan rakyat Sudan lainnya, Bashir yang tiba di TPS sekitar pukul 11.00 WIB, menggunakan hak suaranya. Tak hanya Bashir, sejumlah pejabat juga mencoblos di TPS yang sama. Di antaranya Menteri Pertahanan Abdelraheem Mohammed Husain, mantan Wakil Presiden Alhaj Adam, dan Wakil Ketua Partai Kongres Nasional (NCP).

Sejumlah warga Sudan yang sempat Republika temui mengatakan, sengaja datang ke TPS untuk memilih Bashir. Tapi, ada juga yang enggan memilih dan menjadi golput. "Saya tidak ikut memilih," kata Abu Bakar.

Lain lagi dengan Abu Ali. Pria yang mengaku sebagai wartawan itu mengaku menyempatkan diri ikut memberikan suaranya. "Tapi rahasia," ucap dia.

Mohammed Al-Khateeb mengatakan, cara memberikan suara pada pemilu negaranya seperti di Indonesia. Yakni mencontreng atau mencoret partai politik, politikus, atau capres. "Tidak dicoblos," ucap dia.

Pemerintah Sudan mengerahkan 75 ribu personel polisi untuk mengamankan jalannya pemilu. Puluhan ribu aparat itu disebar ke seluruh wilayah Sudan.

Sejumlah lembaga memantau pemilu tersebut, seperti dari Uni Afrika, Otoritas Antarpemerintah tentang Pembangunan (IGAD), Organisasi Konferensi Islam (OKI), dan Liga Arab.

Komisi Pemilihan Nasional (NEC) Sudan mengumumkan, 44 partai politik dan 16 calon presiden, termasuk Bashir, bertarung memperebutkan suara terbanyak di pemilu kali ini. Sementara pemilih yang tercatat berhak memberikan suaranya sekitar 13 juta.

Wakil Ketua Komisi Pemilihan Nasional (NEC) Sudan, Abdalla A Mahdi mengungkapkan, cara penghitungan hasil suara pada pemilu di Negeri Dua Sungai Nil itu tidak menggunakan alat elektronik.

"Semuanya penghitungan suara dilakukan secara manual," kata dia.

Sudan juga akan menggelar pemilihan parlemen dan pemilihan di tingkat negara bagian. Pemilu tahun ini akan ditutup pada Rabu (15/4), sementara hasil penghitungan suaranya akan diumumkan pada 27 April mendatang.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement