REPUBLIKA.CO.ID, BAGHDAD -- Perdana Menteri Irak Haider al-Abadi mengatakan, ia akan memanfaatkan kunjungannya ke Amerika Serikat untuk mengupayakan tambahan serangan udara serta pasokan persenjataan guna membantu pertempuran Baghdad melawan para pejihad.
"Nomor satu adalah peningkatan yang nyata dalam hal serangan militer serta pengiriman senjata," kata Abadi kepada para wartawan ketika ditanya apa yang ia inginkan selama kunjungan ke Washington dilansir AFP, Selasa (14/4).
Di ibu kota negara AS itu, Abadi akan bertemu dengan Presiden Barack Obama pada hari ini. Abadi juga mengatakan bahwa, "kita menginginkan adanya langkah-langkah tegas untuk menghentikan aliran teroris-teroris asing ke Irak," dan bahwa upaya internasional diperlukan untuk menghentikan penyelundupan minyak serta barang-barang antik, yang menjadi sumber pemasukan dana bagi kelompok pejihad.
Ia diperkirakan akan meminta agar Irak dibolehkan menunda pembayaran pembelian persenjataan, mengingat negaranya sedang mengalami kesulitan dana akibat menurunnya harga minyak serta biaya yang harus dikeluarkan dalam memerangi kelompok pejihad Negara Islam (IS).
Amerika Serikat saat ini memimpin sebuah koalisi internasional yang melancarkan serangan-serangan udara ke IS serta menyediakan persenjataan dan pelatihan bagi pasukan keamanan Irak.
Kelompok pejihad itu memimpin serangan hingga menguasai banyak wilayah di Irak pada Juni lalu. Sejumlah divisi mengalami kejatuhan pada saat-saat awal munculnya pergerakan yang dipimpin pejihad, namun pasukan Irak serta paramiliter sekutu sejak itu berhasil mengambil alih wilayah penting dari IS. Namun, banyak daerah di dua provinsi, yaitu Nineveh di utara serta Anbar di barat, masih berada di bawah kendali IS.